Jauh
Kotaku yang hujan, kekasih
Mendadak menumbuhkan bermacam rupa ingatan
Tentang kerinduan yang mirip jalan jalan panjang
Tentang jarak kota kota yang harus terlipat segera
Tentang tik tak jarum jam yang lembab bercerita kisah kisah seram
O' kekasih, aku tak ingin segala ini menyengsara
Juga tak ingin merubah manisnya rasa gula
Juga tak ingin kegilaan yang sembab menikam tanpa sebab
Karena rinduku sesempurna purnama
Pun seumpama segara
Kotaku yang hujan, kekasih
Mendadak entah bagaimana mula kata kata bisu sendirian
Pun entah mula dari apa merupa angin angin malam
Yang setia mengangon segala desir dingin keinginan
Pada gengaman tangan yang tak ingin terlepaskan
Pada tatap pandang mata yang semakin dalam
Yang bercerita rintik rintih hujan perjalanan
O' kekasihku
Wahai pengenggam segala macam rindu rinduku
Aku pulang sekarang
Ingin aku jumpa perjamuan
Di hangat dekap erat pelukan
A. Sasmita
Purwodadi,
21 Mei 2011
Thursday, 26 May 2011
Wednesday, 25 May 2011
Lari
Lari
Nafas yang sepi
Uruti jalan nadi
Mencoba sendiri
Ubah arah matahari
Sedang peluh kian lepuh
Tubuh tak kuasa menahan keluh
Keruh seluruh
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011
Nafas yang sepi
Uruti jalan nadi
Mencoba sendiri
Ubah arah matahari
Sedang peluh kian lepuh
Tubuh tak kuasa menahan keluh
Keruh seluruh
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011
Tuesday, 24 May 2011
Geram
Geram
Macam malam
Ia bergaram
Rembulan masam
Wajah sebalik awan
Bersemayam hujan
Tuhan
Aku demam
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011
Macam malam
Ia bergaram
Rembulan masam
Wajah sebalik awan
Bersemayam hujan
Tuhan
Aku demam
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011
Kusut
Kusut
Mengabut pantang surut
Berikut untaian rambut
Sepadang rumput
Panjang pendek
Pendek panjang
Panjang panjang
Pendek pendek
Hanya sebatas kata
Mari kita runut
Per satu satu
Agar kita tau
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011
Mengabut pantang surut
Berikut untaian rambut
Sepadang rumput
Panjang pendek
Pendek panjang
Panjang panjang
Pendek pendek
Hanya sebatas kata
Mari kita runut
Per satu satu
Agar kita tau
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011
Monday, 23 May 2011
Tanya
Tanya
Serupa lampu, nyala seadanya
Kerlip kerlap jauh pandang mata
Menyamudera sangka terka
Apa ya, kira kira?
Jika semua
Makin tak terkata
Makin tipu daya
Bahasa bukan hanya
Gelengan kepala
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011
Serupa lampu, nyala seadanya
Kerlip kerlap jauh pandang mata
Menyamudera sangka terka
Apa ya, kira kira?
Jika semua
Makin tak terkata
Makin tipu daya
Bahasa bukan hanya
Gelengan kepala
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011
Sunday, 22 May 2011
Marah
Marah
Merumah pada darah
Merah membakar wajah
Desir patah patah
Retak menjamah
Ruh pada tubuh
Pecah seluruh
Tanpa bentuk
Berteriak
Berteriak
Teriak!
A. Sasmita
Purwodadi,
04 Mei 2011
Merumah pada darah
Merah membakar wajah
Desir patah patah
Retak menjamah
Ruh pada tubuh
Pecah seluruh
Tanpa bentuk
Berteriak
Berteriak
Teriak!
A. Sasmita
Purwodadi,
04 Mei 2011
Saturday, 21 May 2011
Pada malam
Pada malam
Pada malam
Genderang alam dentam berdentam
Menaburi ribu biru gendam
Di nyanyi tik tak jarum jam
Nyaliku terkunci karam
Terajam diam
Oh, pada malam
Aku daki tebing tebing suram
Berduri dan kerikil tajam
Kalam kenapa kelam?
A. Sasmita
Pati,
26 April 2011
Pada malam
Genderang alam dentam berdentam
Menaburi ribu biru gendam
Di nyanyi tik tak jarum jam
Nyaliku terkunci karam
Terajam diam
Oh, pada malam
Aku daki tebing tebing suram
Berduri dan kerikil tajam
Kalam kenapa kelam?
A. Sasmita
Pati,
26 April 2011
Friday, 20 May 2011
Setelah subuh
Setelah subuh
Setelah subuh
Aku masih diam luruh
Memerah apa yang aku nama tempuh
Pada sepasang mata yang senantiasa terasa teduh
Juga setia mengaliri darah dari jantung ke seluruh tubuh
Memang menyerupa ruh
Sungguh
Tiba pun saat aku mengayuh
Kearah mana embun membasuh
Juga sisa kisah malam yang kian jauh dari lusuh
Rusuh dan keruh
Aku mengekor cahaya
Menitinya perlahan dengan kata
Untuk sebuah nama
Aku rasa kalian tau siapa?
A. Sasmita
Purwodadi,
22 April 2011
Setelah subuh
Aku masih diam luruh
Memerah apa yang aku nama tempuh
Pada sepasang mata yang senantiasa terasa teduh
Juga setia mengaliri darah dari jantung ke seluruh tubuh
Memang menyerupa ruh
Sungguh
Tiba pun saat aku mengayuh
Kearah mana embun membasuh
Juga sisa kisah malam yang kian jauh dari lusuh
Rusuh dan keruh
Aku mengekor cahaya
Menitinya perlahan dengan kata
Untuk sebuah nama
Aku rasa kalian tau siapa?
A. Sasmita
Purwodadi,
22 April 2011
Thursday, 19 May 2011
Di menjelang subuh
Di menjelang subuh
Di menjelang subuh
Mendadak aku butuh betapa jarak itu harus tertempuh
Karena betapa aku rindu kau
Juga karena tak kuasa kau rindu aku
Bahkan telah menyamudera peluh
Bahkan juga nyaris rubuh
Karena tak kuasa melepuh
Di menjelang subuh
Rinduku menyerupa ruh
A. Sasmita
Purwodadi,
22 April 2011
Di menjelang subuh
Mendadak aku butuh betapa jarak itu harus tertempuh
Karena betapa aku rindu kau
Juga karena tak kuasa kau rindu aku
Bahkan telah menyamudera peluh
Bahkan juga nyaris rubuh
Karena tak kuasa melepuh
Di menjelang subuh
Rinduku menyerupa ruh
A. Sasmita
Purwodadi,
22 April 2011
Wednesday, 18 May 2011
Jujur, janji, bohong, doa, dan pinta
Jujur, janji, bohong, doa, dan pinta
Jujur
Memberangus bebusa air liur
Janji
Ini menguji hati
Bohong
Meninabobokan bolong
Doa
Siapa pun berhak berbicara
Pinta
Sentantiasa merasa tiada
A. Sasmita
Rembang,
07 November 2010
Jujur
Memberangus bebusa air liur
Janji
Ini menguji hati
Bohong
Meninabobokan bolong
Doa
Siapa pun berhak berbicara
Pinta
Sentantiasa merasa tiada
A. Sasmita
Rembang,
07 November 2010
Tuesday, 17 May 2011
Kopi bagiku puisi
Kopi bagiku puisi
Hitam mengendam
Pahit menjerit
Kopi
Puisi
Ah ilusi
Sangat sakti
A. Sasmita
Rembang,
19 November 2010
Hitam mengendam
Pahit menjerit
Kopi
Puisi
Ah ilusi
Sangat sakti
A. Sasmita
Rembang,
19 November 2010
Monday, 16 May 2011
Di pematang
Di pematang
Susur susut petang
Kaki jalan yang telanjang
Sisa siang masih terpanggang
Melayang rupa terangan
Kekasih, aku mencuri Tuhan
Sepanjang pematang
Tanah ini kerontang
Berbaris doa di tiap malam
Angkasakan lantang
Semoga hujan
Semoga hujan
Agar kami dapat makan
Di pematang
Lamun itu datang
Tentang mata kami nyalang
Memandang kehidupan
A. Sasmita
Pati,
16 April 2011
Susur susut petang
Kaki jalan yang telanjang
Sisa siang masih terpanggang
Melayang rupa terangan
Kekasih, aku mencuri Tuhan
Sepanjang pematang
Tanah ini kerontang
Berbaris doa di tiap malam
Angkasakan lantang
Semoga hujan
Semoga hujan
Agar kami dapat makan
Di pematang
Lamun itu datang
Tentang mata kami nyalang
Memandang kehidupan
A. Sasmita
Pati,
16 April 2011
Sunday, 15 May 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)