Thursday 20 October 2011

Ketika engkau bersamaku

Ketika engkau bersamaku



: Ning, selamat ulang tahun
 
Ternyata bahagia itu adalah ketika engkau bersamaku
Memelukmu, seperti menemukan dunia baru
Dengan bunga bunga yang tak layu
Memandangmu, seperti menemu bagian yang tak terpisahkan dariku
Engkau dan aku, satu

Di matamu
Aku menemukan cinta yang senantiasa apa adanya
Di senyumu
Aku menemukan diri yang tak lagi takut sendiri

Berbincang denganmu
Seperti berbincang dengan sahabat yang telah lama tak berjumpa
Rindu dan kangen setia hadir
Seperti hembusan dan tarikan nafas

Ketika engkau bersamaku
Membuat aku mengerti kasih sayang Tuhanku

. . . . .


A. Sasmita
Purwodadi,
20 September 2011

Monday 10 October 2011

Warna

Warna


Sempurna kau rasa
Pada tubuh yang renta
Terbaring di muara senja
Tercecapi rimbun malam
Mengulita

Oh, siapa yang melamunkanya?


A. Sasmita
Purwodadi,
14 September 2011

Sunday 9 October 2011

Kemana

Kemana



Telah lama
Tak mencoba
Mengarami cinta
Di bait bait rasa
Kian menua

Sendiri membaca
Di diri mengeja
Sampai mana kita?



A. Sasmita
Purwodadi,
14 September 2011

Saturday 8 October 2011

Arti


Arti




Aku biarkan menghitam
Memukimi rongga dada dan ingatan
Seperti sisa sisa malam
Tersia sia
Sendiri tersiksa

Air mata hanya kata
Suka atau duka
Siapa yang tau artinya?



A. Sasmita
Pati,
02 September 2011

Friday 7 October 2011

Disini

Disini



Rembulan atau lampu itukah yang bercahaya
Sementara angin setia menari
Mengirisi kulit tubuh kian ke pagi
Tik tak jam aku sangka mimpi
Tak taunya ia hanya rindu yang sendiri
Aku masih memelukmu disini
Disini
Benar benar disini
Hati


Mungkin kepulan asap yang akan mengungkap
Ia hanya lewat
Atau terbaca lengkap
Di belakang
Di belakang
Di belakang

Punggung kian jalang
Seperti layar
Seperti layar
Seperti layar



A. Sasmita
Pati,
01 September 2011 


Thursday 6 October 2011

Burung Nasar


Burung Nasar


Akulah si burung Nasar
Yang kembali ke sarang
Membawa cerita malam
Dari perjalanan panjang

Sungguh aku ingin bercerita
Tentang kisah resah para pendosa
Tentang desah basah para pemangsa
Tentang bagaimana aku dan dia
Juga mereka saling bercinta
Memagut liar liur di mulut yang bau kentut
Merapal mantera sambil membusungkan dada
Karena kamilah penguasa
Juga kadang kami saling sikut
Berebut segala macam untuk isi perut

Shtt!
"Jangan ribut!"

Ini rahasia kita





A. Sasmita
Purwodadi, 
13 Agustus 2011


Tuesday 4 October 2011

Asing


Asing


Dingin pun sedang sendiri
Menatap getir getar sanubari
Menancap pada derap urat nadi
Menancap pula pada hati
Menatap pula sunyi yang berlari

Sunyi itukah yang berlari?

Atau

Sunyi itulah yang berani?




A. Sasmita
Purwodadi,
12 Agustus 2011

Saturday 30 July 2011

Sigaran nyawa (dua)

Sigaran nyawa (dua)


Akhirnya kita berjodoh
Seharum waktu meramu kisah
Di ranum senyum bebunga hati

Semua tak lagi diam
Juga tak lagi padam
Di gula gila lelaku batu

Yang melangkah genggam harapan
Yang ukiri janji arah awal tujuan
Yang susuri jalan jalan garis tangan
Denganmu, Ning
Hanya denganmu

Tanpa ragu berperahu
Arungi debar getar laut kehidupan
Kita telah naikan layar

Karena aku telah pinang Tuhan
Melingkar manis di jari tangan





A. Sasmita
Purwodadi,
20 April 2011

Tuesday 26 July 2011

Pecandu







Pecandu



Tiba tiba langit ungu
Dan malam seperti jalan yang berliku
Di nadiku bulan putih telah bersemayam
Lahirkan bentuk lain kehidupan
Yang mungkin bagi kalian adalah kapal yang karam

Siapa yang tau, aku menghisap harapan
Tentang segala yang telah mengendap
Tentang segala yang tak pernah genap
Gelap, sesak dan pengap

Kata siapa aku terperangkap?
Kata siapa aku terperangkap!

Cukup biarkan aku mengerang
Cukup biarkan aku meregang
Mati sendiri
Tak terkenang

Siapa yang tau, aku menghisap harapan



A. Sasmita
Purwodadi,
20 Juli 2011

Thursday 26 May 2011

Jauh

Jauh


Kotaku yang hujan, kekasih
Mendadak menumbuhkan bermacam rupa ingatan
Tentang kerinduan yang mirip jalan jalan panjang
Tentang jarak kota kota yang harus terlipat segera
Tentang tik tak jarum jam yang lembab bercerita kisah kisah seram

O' kekasih, aku tak ingin segala ini menyengsara
Juga tak ingin merubah manisnya rasa gula
Juga tak ingin kegilaan yang sembab menikam tanpa sebab
Karena rinduku sesempurna purnama
Pun seumpama segara

Kotaku yang hujan, kekasih
Mendadak entah bagaimana mula kata kata bisu sendirian
Pun entah mula dari apa merupa angin angin malam
Yang setia mengangon segala desir dingin keinginan
Pada gengaman tangan yang tak ingin terlepaskan
Pada tatap pandang mata yang semakin dalam
Yang bercerita rintik rintih hujan perjalanan

O' kekasihku
Wahai pengenggam segala macam rindu rinduku
Aku pulang sekarang
Ingin aku jumpa perjamuan
Di hangat dekap erat pelukan


A. Sasmita
Purwodadi,
21 Mei 2011

Wednesday 25 May 2011

Lari

Lari


Nafas yang sepi
Uruti jalan nadi
Mencoba sendiri
Ubah arah matahari

Sedang peluh kian lepuh
Tubuh tak kuasa menahan keluh
Keruh seluruh


A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011

Tuesday 24 May 2011

Geram

Geram


Macam malam
Ia bergaram

Rembulan masam
Wajah sebalik awan
Bersemayam hujan

Tuhan
Aku demam


A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011

Kusut

Kusut



Mengabut pantang surut
Berikut untaian rambut
Sepadang rumput

Panjang pendek
Pendek panjang
Panjang panjang
Pendek pendek
Hanya sebatas kata

Mari kita runut
Per satu satu
Agar kita tau


A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011

Monday 23 May 2011

Tanya

Tanya


Serupa lampu, nyala seadanya
Kerlip kerlap jauh pandang mata
Menyamudera sangka terka
Apa ya, kira kira?

Jika semua
Makin tak terkata
Makin tipu daya

Bahasa bukan hanya
Gelengan kepala



A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011

Sunday 22 May 2011

Marah

Marah

Merumah pada darah
Merah membakar wajah
Desir patah patah
Retak menjamah

Ruh pada tubuh
Pecah seluruh
Tanpa bentuk
Berteriak
Berteriak

Teriak!


A. Sasmita
Purwodadi,
04 Mei 2011

Saturday 21 May 2011

Pada malam

Pada malam


Pada malam
Genderang alam dentam berdentam
Menaburi ribu biru gendam
Di nyanyi tik tak jarum jam
Nyaliku terkunci karam
Terajam diam

Oh, pada malam
Aku daki tebing tebing suram
Berduri dan kerikil tajam
Kalam kenapa kelam?


A. Sasmita
Pati,
26 April 2011

Friday 20 May 2011

Setelah subuh

Setelah subuh

Setelah subuh
Aku masih diam luruh
Memerah apa yang aku nama tempuh
Pada sepasang mata yang senantiasa terasa teduh
Juga setia mengaliri darah dari jantung ke seluruh tubuh
Memang menyerupa ruh
Sungguh

Tiba pun saat aku mengayuh
Kearah mana embun membasuh
Juga sisa kisah malam yang kian jauh dari lusuh
Rusuh dan keruh

Aku mengekor cahaya
Menitinya perlahan dengan kata
Untuk sebuah nama
Aku rasa kalian tau siapa?


A. Sasmita
Purwodadi,
22 April 2011

Thursday 19 May 2011

Di menjelang subuh

Di menjelang subuh


Di menjelang subuh
Mendadak aku butuh betapa jarak itu harus tertempuh
Karena betapa aku rindu kau
Juga karena tak kuasa kau rindu aku

Bahkan telah menyamudera peluh
Bahkan juga nyaris rubuh
Karena tak kuasa melepuh

Di menjelang subuh
Rinduku menyerupa ruh


A. Sasmita
Purwodadi,
22 April 2011

Wednesday 18 May 2011

Jujur, janji, bohong, doa, dan pinta

Jujur, janji, bohong, doa, dan pinta



Jujur
Memberangus bebusa air liur

Janji
Ini menguji hati

Bohong
Meninabobokan bolong

Doa
Siapa pun berhak berbicara

Pinta
Sentantiasa merasa tiada


A. Sasmita
Rembang,
07 November 2010

Tuesday 17 May 2011

Kopi bagiku puisi

Kopi bagiku puisi


Hitam mengendam
Pahit menjerit

Kopi
Puisi

Ah ilusi
Sangat sakti


A. Sasmita
Rembang,
19 November 2010

Monday 16 May 2011

Di pematang

Di pematang


Susur susut petang
Kaki jalan yang telanjang
Sisa siang masih terpanggang
Melayang rupa terangan
Kekasih, aku mencuri Tuhan
Sepanjang pematang

Tanah ini kerontang
Berbaris doa di tiap malam
Angkasakan lantang
Semoga hujan
Semoga hujan
Agar kami dapat makan

Di pematang
Lamun itu datang
Tentang mata kami nyalang
Memandang kehidupan

A. Sasmita
Pati,
16 April 2011

Sunday 15 May 2011

Membaca sajak

Membaca sajak


Aku ingin membaca sajak
Tentang apa yang mukim di benak
Agar tak kental mengerak
Apalagi diam tak beranjak
Aku akan lantang menyalak
Macam anjing tak ingin terinjak

: Sajak!
Aku ingin membaca sajak


A. Sasmita
Purwodadi,
07 April 2011

Friday 8 April 2011

Gandrung

Gandrung



Seketika seperti memendam gunung
Sesak menyeruak di jantung
Juga harum bunga kecubung
Menelikung tak urung
Pada balung
Dingin terpasung

Oh' detak detak yang terpasak
Limbung apa meriwayat
Rasa yang mengurat
Berserakan menjerat
Tercekat

Ning, aku pelipat jarak
Yang di cipta pekat
Pada mendung kotaku
Pada reranum bunga sepatu
Yang merimba rimbun aromamu

Oh' kian mengikat jiwa
Kian memikat sukma
Mengila
Mengila
Mengila

Tanpa daya
Bahkan pun tiada


A. Sasmita
Purwodadi,
06 April 2011

Thursday 7 April 2011

Sepasang mata

Sepasang mata



Sayang, malam menidurkan kita
Berdua dalam jambangan asmara
Tempat bebunga tumbuh dan mekar
Mengakar tanpa tawar
Ialah cinta

Sayang, cinta itu bergula
Bergila rintihan bara
Membakar apa saja
Juga nafas yang panas
Mereka memerah
Membara didih di rasa
Raga kita bagai samudera
Yang mencintai bahtera

Sayang, bahtera itu kita
Bersama menyatu di sukma
Mencoba menemu resah lelah dunia
Saling munujah munajat doa doa
Setia

Sayang, kita sepasang doa
Yang mengangkasa
Pada sepasang mata
Yang tak perlu air mata



A. Sasmita
Purwodadi,
04 April 2011

Wednesday 6 April 2011

Di angin

Di angin



Dingin
Gerus tulang
Karena malam
Menikam letih
Tertanam tajam
Lebam lebam

Kulit
Kerut melilit
Karena malam
Sebentar terbenam
Teruntai rintih
Perih

Di angin itu
Menyelimut
Denyut akut

Maut
Jangan takut



A. Sasmita
Purwodadi,
29 Maret 2011

Tuesday 5 April 2011

Sendiri

Sendiri


Digenapi sepi
Demam gendam sunyi
Karam tanpa tepi
Merupa api

Wajah wajah matahari
Bersyair sepanjang nadi
Tentang elegi
Di hati

Hati
Hati ini

Hati ini
Hati

Hati
Hati ini

Hati ini
Hati

Hati
Hati ini

Hati ini
Hati

Hati
Hati ini
Hati ini
Hati ini

Berbunyi
: kau!


A. Sasmita
Purwodadi,
26 Maret 2011

Monday 4 April 2011

Tanah leluhur

Tanah leluhur




Tanah leluhur kita
Masihkah merah
Sewarna darah
Atau telah rebah
Nyaris punah

Dahulu
Setelah akad
Semua mengikat tekad
Tak perlu huruhara
Apalagi duka cita

Tanah
Kita jejaki bersama
Air
Kita renangi bersama
Udara
Kita hirupi bersama
Sama rata sama rasa

Aku, kau dan mereka
Senyatanya sama
Insan yang merdeka

Sekarang
Air mata
Tipu daya
Angkara
Loba
Kuasa
Bertahta tanpa iba

Indonesia, kau hendak kemana?



A. Sasmita
Purwodadi,
17 Maret 2011

Saturday 19 March 2011

Daun pisang

Daun pisang


Membungkus sayang
Wajah siapa terbayang
Siang menjelang petang
Angin menyelendang
Mengikat rambutmu mayang

Senja
Daun Pisang tersemu jingga
Ada gelepar dalam dada
Akulah durjana
Tak pandai berkata
Aku tak mau dusta
Aku urai rasa
Berbicara kita

Semestinya mungkin tak terkata



A. Sasmita
Purwodadi,
14 Maret 2011

Friday 18 March 2011

Rembulan

Rembulan



Rembulan parang
Tubuh terselendang
Diombangambing buram
Ambang malam
Terbenam

Rembulan sabit
Jerit terjahit
Dingin didenyut
Detik berikut
Maut

Tiba kita
Uruti laut
Layari kerut
Nyekut

Rembulan belah
Apa yang telah

Ah..


A. Sasmita
Purwodadi,
23 Februari 2011

Thursday 17 March 2011

Janur kuning

Janur kuning

: Sekar Ningrum




Janur kuning
Terlanjur kering
Terhempas musim
Kemarau mataku
Kau membatu

Rintih berpeluh
Di tubuh
Aku rubuh
Simpuh tak lagi aku rengkuh
Doa ini kian angkuh

Risau berbau
Abu berdebu

Asap mengusap
Khilap kau ucap

Aku huni pelataran akhir
Malam yang menyihir
Mengintip desir
Di akhir syair

Kemari, kekasih
Mengalir
Mengalir
Mengalir





A. Sasmita
Purwodadi,
19 Februari 2011

Wednesday 16 March 2011

Ada Tuhan di balik batu

Ada Tuhan di balik batu



Batu itu seperti kabar
Isi sesak dada terbakar
Bertebaran
Berterbangan

Dirupa ribuan tawon
Birahi siap menyengat
Wajah para penghianat

Di sisa yang tersirat
Ketika ayat ayat
Menulis sayap sayap malaikat

Setauku
Ada Tuhan di balik batu



A. Sasmita
Purwodadi,
05 Februari 2011

Tuesday 15 March 2011

Musim

Musim



Apa yang terlihat di tubuh
Mendadak semua lumpuh
Subuh di altar para kelelawar
Aku tak berkelakar
Tentang fajar
Mengarsiri diam matamu
Apa sanggup aku tafsir?

Pernah terlihat darah nanah
Seperti musim tiba tiba berganti arah

Kemarau
Membakar sampai igau
Hujan
Merejam semua jelma dendam
Semi
Mengirisi sunyi sendiri
Dingin
Apa itu engkau ingin?

Darah
Nanah
Tertelan sudah





A. Sasmita
Purwodadi,
05 Februari 2011

Monday 14 March 2011

Rumah sakit

Rumah sakit

: Di apotik


Langkah terseret gegas
Secarik kertas
Coretan tentang nafas

Bacakanlah padaku
Mungkin ini tentang waktu

Benar Tuan, ini waktu
Berapa Tuan berani bayar

Beberapa puluh ribu
Maaf Tuan, semua tinggal masa lalu

"Asu!"


A. Sasmita
Rembang,
30 Januari 2011

Sunday 13 March 2011

Rumah sakit (tiga)

Rumah sakit

: Di lorong

Malam ini dingin
Angin pun gigil
Lorong ini memangil
Tidurlah. Tidur!

Apa yang aku pikir
Adalah desir doa syair

Air air hujan basah di talang
Mengirisi tengkuk
Dari bangsal ia terbatuk

"Bolehkah aku masuk?"
"Silahkan engkau masuk!"
Suara yang anggur
Memabukan

"Stt! Engkau punya uang?"

Tibatiba aku ngeliyeng

A. Sasmita
Rembang,
30 Januari 2011

Saturday 12 March 2011

Rumah sakit (dua)

Rumah sakit

: Di bangsal

Tubuh ini lempung
Duka luka tertampung
Murung di tempurung
Mendung aku kandung

Ia cantik, senyum simpatik
Dia gagah, senyum sumringah

Aku sangka malaikat
Ah, ternyata cuma makelar obat

"Bagaimana, Tuan mau yang mana?"

Sakit kian menggigit
Pahit


A. Sasmita
Rembang,
30 Januari 2011

Friday 11 March 2011

Rumah sakit (satu)

Rumah sakit

: Di ruang tunggu

Aku bisu
Lidah menuang kelu
Hati mendadak bergelugu
Di mata lahir mendung paling kelabu

Bagaimana nyawa diganti tanya
"Uang anda berapa?"

Tentang sakit parah
"Tuan, tak punya uang? Lebih baik pasrah!"

Ah..

A. Sasmita
Rembang,
30 Januari 2011

Friday 4 February 2011

Thursday 3 February 2011

Rasa

Rasa


Rasa itu
Gulagula simfoni
Nyanyian merdu
Koloni bidadari
Tiap mimpi mimpi

Rasa itu
Bagai bertapa
Memanja dupa
Merapal doa doa
Bermantera

Di harapan
Laut
Di tatapan
Tak surut

Rasa itu
Gulagula simfoni
Dalam hati


Ning



A. Sasmita
Purwodadi,
21 januari 2011

Wednesday 2 February 2011

Angel

Angel

: Sahabatku sang pencinta



Katakan apa Angel itu bersayap
Membakarmu tanpa asap
Terbangkan jarakmu yang ia
Angkasa tempat dewadewi bercinta

Cinta terdidik karena rasa
Rasa hati gelora di sanubari
Mencipta puisi sunyi

Kepada malam
Mengadu doa doa
Tak perlu menghamba tiada

Semua hanya dapat kita terka
Seperti membaca cakrawla
Tak terbatas nyata

Aku, kau dan siapa
Karena cinta
Kita adanya




A. Sasmita
Purwodadi,
20 Januari 2011

Tuesday 1 February 2011

Adil

Adil


Apa hanya yang punya bedil
Apa hanya yang bertangan bathil

Adil senantiasa membuat kita kerdil

Ayo berpikir!



A. Sasmita
Purwodadi,
19 Januari 2010

Monday 31 January 2011

Bohong

Bohong



Meninabobokan bolong

Di bokong



A. Sasmita
Purwodadi,
18 Januari 2011

Sunday 30 January 2011

Keranda

Keranda



Mengiring jasad tanpa nama
Ke pusara
Di liang tanah
Gundukan duka basah

Air mata
Air mata
Lembab berdoa
Cinta taburan bunga

Siapa Dia
Siapa kita
Harnya berdua
Berbicara

Tentang dosa



A. Sasmita
Rembang,
16 Januari 2010

Saturday 29 January 2011

Kaca

Kaca


Di kaca
Apa yang terbaca
Di sana
Ia berbicara

Berlomba loba
Berlobi ria
Beraja angkara

Air mata jelata
Berbola bola
Menelaga

Cinta
Telah tiada

Cinta
Telah tiada

Cinta
Telah tiada

Digundik harta
Tahta dan wanita


Ah, betapa kita
Ternyata purba




A. Sasmita
Rembang,
16 Januari 2011

Friday 28 January 2011

Kopi dan sepi

Kopi dan sepi



Kopi hitam
Asapi malam
Aroma gendam
Agar tak demam

Sepi ini
Tanpa api
Dingin sunyi
Sendiri di tepi

Kopi dan sepi
Ialah kekasih hati




A. Sasmita
Rembang,
15 Januari 2011

Thursday 27 January 2011

Bila tak ada

Bila tak ada



Masihkah kau mengenang
Aku menipui waktu
Dari masa berbuluhperindu

Aku tergendam dunia
Nikmati fana zaman
Aku yang tengelam
Hitammya malam

Akulah senja
Si pembawa berita



A. Sasmita
Purwodadi,
14 Januari 2011


Mengomentari "Bila senja tak ada"  Bapak Nugroho Suksamanto

Wednesday 26 January 2011

Sigaran nyawa dan Sigaraning nyowo

Sigaran nyawa


Katanya kita berjodoh
Menyatu di bebunga waktu
Lantas menetas mengerus batu

Kadang air, air mata menandai tiap peta
Juga jarak, jejak tanggal serak sesak di sajak
Pun hati, jiwa ini nyanyi nyata nyala di puisi

Siapa menggulai gila malamku
Kaukah, menggarami kalam karam kelamku
Hingga tak kurasa legam, lebam dan terbenam

Inikah batas yang selalu terang
Tanpa semut semut mendung awan

. . . ., ingin kususuri
Jalan jalan garis tangan
Denganmu


A. Sasmita
Purwodadi,
12 Desember 2010

--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------

Hari ini kawan baik saya http://www.facebook.com/blacky.cop02,  saya minta menerjemahkan karya saya (A. Sasmita) dengan judul "Sigaran nyawa" ini ke dalam bahasa jawa yang hasilnya dapat dilihat di bawah ini:


Sigaraning nyowo



Jarening dewe jejedhohan
Angripto nyawiji ing sekaring laku
Lajeng hanetes anggerus selo

Anangin tirto, tirtonning netro hamaringi gagambaran
Ugo lelaku, lakuning urip kang keri ono ing labuhing roso
Bebarengan nyawiji ing jeroning ati

Sopo kang bronto ing tengahing wengi
Opo sliramu, kang mbalung janur pring
Husodo mring kang nandang wuyung

Opo iki wates sumurnaring suryo
Tanpo mego mego lan mendung

Pengin tak golei antaraning ati
lakuning garis garis tangan
Wuyung kang agawe bingung

---------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------

Saturday 22 January 2011

Berperahu

Berperahu


Dan itulah maksudku, kekasih
Aku ingin pulang ke senja matamu
Di rona doa jingga cakrawala
Berkejaran dengan burung burung
Aku yang mendayung tanpa kompas
Berperahu tanpa layar

Dan begitulah, kekasih
Aku menantang gelombang
Semacam badai
Semacam hujan
Inilah malam
Ini lautan
Berjarak tak terjangka
Berjejak tak terkira
Aku coba menerka
Engkaulah bintang utara

Dan akulah, kekasih
Pendayung rindu rindu
Berperahu di samuderamu
Tanpa tepi


Sendiri


A. Sasmita
Purwodadi,
11 Januari 2011

Friday 21 January 2011

Waktu

Waktu


: DM


Adalah waktu berbunga di hati
Itukah cinta sang Dewi
Terjaga begitu sempurna
Menanti datang kata

Pada kisah yang sangat panjang
Tetapkah setia memangku malam
Di basah doa doa
Di lelah air mata

Lahirkan rintih yang kian resah
Ketika sayap sayap itu
Terkepak kepak ke udara
Tetapi tak pernah terbang
Pun tak juga patah


Pasrah pun pecah



A. Sasmita
Rembang,
10 Januari 2011

Thursday 20 January 2011

Aku sebut malam

Aku sebut malam


Inilah yang aku sebut malam
Tanpa engkau
Tanpa ia
Hanya aku

Lalu kenapa kalau pagi?



A. Sasmita
Rembang,
09 Januari 2010

Wednesday 19 January 2011

Sungsang

Sungsang


Apakah mudah bagiku untuk merasa sesuatu yang tak pernah tersentuh secara nyata. Itukah yang aku alami bagai berjudi dengan nasib dan berperahu mengarungi lautan tanpa tepi. Ketika aku berlari ke engkau, jalan terasa semakin panjang. Lalu ketika aku mencoba merunuti kembali jejak jalan pulang, dari sebalik arah ada tangan tangan yang melambai dan senyum yang aduhai mengucap, "Selamat datang". Aih, dunia senantiasa selalu saja tak dapat aku baca, kemana angin membawa doa dari pikiranku yang ternyata sungsang.

(Malam ini ada yang meradang dalam pikiranku yang sungsang)

A. Sasmita
Purwodadi,
07 Januari 2011