Wednesday 20 October 2010

Puisi terakhir

Puisi terakhir

Malam ini, aku melangitkan renung doa doa
Senandung paling palung dari air mata

Ketika bunga berbunga merah sewarna tanah
Lahirhadir di pusara relung raung mata air hati

Kepada darah nanah yang memerah luka
Karena tertujah tajam pisau puisi kata

Dalam diri, aku langitkan lagi renung doa doa
Senantiasa aku kaitkan kidung asa dan cinta
Agar dapat menenun mendung menjadi cahaya

Duh, Gusti...
Saat begini mengapa hujan bertandang
Karena ketika hujan, aku tak tau jalan pulang


Ning, sekarang aku tau dimana surga
Bukan hanya kaki ibu yang terbaca

Ada hati, rasa, jiwa, tawa, gembira, cinta, kasih, rindu, sendu, tangis, rintih, sedih, pedih, duka, lara, derita, nafas, cemas, ruh, darah, dan tubuhnya

Semua itu surga, kekasih
Semua itu bahagia, kekasih



Ini puisi terakhir

Karena aku kembali lahir


Rembang, 18 Oktober 2010


2 comments: