Monday 23 August 2010

Kekasih

Kekasih

Kekasihku, bilamana ini adalah matahari terakhir yang menyinari aku dan kehidupanku, aku berharap ini adalah awal mula matahari fajar bagi cinta kita berdua juga bagimu dan kehidupanmu setelahnya nanti dan tak perlu ada lagi senja senja gelisah rona matamu yang dimana disetiap penghujung hari engkau selalu sediakan waktumu terlebih cinta dan kesabaranmu untuk menunggu kepulanganku dari berikhtiar merajut rejeki menganyam hari yang telah terjanji itu. Kekasihku bilamana esok, lusa, atau kapan waktu itu datang dan mengajakku kembali, kuharap engkau mengerti betapa bahwa aku selalu mencintai, menyayangi, dan mengasihimu seutuh utuhnya tanpa kecuali.

Kekasihku, engkau tahu kenapa setiap malam disaat kita memandang jauh ke langit di atas tempat kita berdiri ini selalu tampak rembulan indah itu dan sungguh memang tersenyum kepada kita walau kadang tertutup awan pun hujan, tetapi pasti kita mesti selalu tahu sang rembulan itu pasti masih di tempatnya, dan di sana dia tersenyum dan menyimpan senyumnya yang termanis untuk kita yang entah esok hari, lusa, atau beberapa hari lagi saat kita termungkinkan saling bertatapan dan berpandang pandangan dengan sang rembulan itu, dan ia kembali tersenyum manis dan bahkan lebih manis karena senyum senyum yang kemarin terakumulasikan di malam tak berhujan dan tak tertutup awan ini. Engkau tau kenapa, kekasih? Karena, jangankan aku bahkan rembulan dan malampun selalu mencintai, menyayangi, dan mengasihimu seutuh utuhnya tanpa kecuali.


Purwodadi,
09 Juni 2010

No comments:

Post a Comment