Monday 23 August 2010

Stadium empat

Stadium empat

Adakah engkau tahu malam selalu sungguh menjadi penyakit menahun bagiku karena
Disana mengalir sungai sungai rasa yang di muaranya mengendap lumpur lumpur siksa juga
Nista yang ini kadang terasa layak kelopak bunga aneka warna selalu bermekaran disetiap
Sepertiganya bahkan tak terlalu perduli jika juga menemu jantung yang tak
Berdetak lagi yang tiba tiba saja gugur daun dan bunga kamboja di belakang
Rumah kita yang memang telah kau tanami nisan nisan dan makam
Ada dua liang yang kau sisakan entah untuk
Siapa atau memang sengaja kau gali seukuran tubuhku dan
Tubuhmu yang bagiku selalu bikin mata ini berliur setiap
Engkau telanjang dan wahai memang ku akui betapa sintal dan aduhai ini apalagi
Oh..bentuk payudaramu yang putingnya selalu manis dan dicandu
Kumbang kumbang yang lapar karena disana mengandung anak anak madu
Dan gula gula ah..andai bukan karena hujan yang tiba tiba
Datang memberondong pucuk dedaun bunga
Kamboja di belakang rumah ah..semisal aku tak terlalu dibekali memori yang
Berlebih ini niscaya pada setiap sepertiga malam tak
Ku jumpai penyakit
Menahun yang telah menggerogoti degab detak
Jantung dan kini telah menjalar sampai pusat
Otak dan syarafku kesadaranku tinggal menunggu
Waktu hilang pelan pelan seiring makin meningginya
Stadium ini

Ah..rindu ini telah stadium empat
Semoga sempat!

Rembang, 12 juli 2010

No comments:

Post a Comment