Thursday 30 September 2010

Katakan pada ku

Katakan pada ku

Di seperti macam bagaimana rindu mu rupanya?

Ku dengar dari kelamnya malam

Katamu :
Rindu mu menyekap kalbu, memburu selalu hingga ngilu..karena sembilu

Dan luka luka membanjir
Bertahun getir
Aromanya anyir

Mendesak sukma
Karena
Tak pernah ku tanya.

Maka..

Ku tanya :
Katakan pada ku!

Sekarang..!
Sebelum aku pulang..


Purwodadi,
11 Mei 2010

Kelabu

Kelabu

Berpasir berdebu
Berdesir rindu
Merayap merayu
Helai rambut merimba mu
Di kini aku
Di sisi dada ku

Ku hadirkan dunia berpendar
Tempat mu bersandar

Ragu?
Jangan!

Hanya untuk mu
Benar benar biru..

Tak kelabu!

Rembang,
23 Mei 2010

Wednesday 29 September 2010

Kantuk

Kantuk

Bergelayut gelayut
Di ujung mata
Menganggu!
Menunggu?
Terkatup

oh..
Kau terkutuk..


Purwodadi,
3 juni 2010

HATI

HATI

..........

Ada yang bertanya
: apa kau mencintainya?
Tak ku jawab
Aku: Diam

Ada yang bertanya lagi
: Apa kau mencintainya?
: Apa kau mencintainya?
: Apa kau mencintainya?

Ku jawab saja:
Aku pernah menulis dimatanya
Bait bait cinta
Aku pernah menulis dikeningnya
Bait bait cinta
Aku pernah menulis ditengkuknya
Bait bait cinta

Di punggung pualamnya..
Di tangan kakinya..
Kembali dimata, dikening, ditengkuknya..

Bahkan aku pun pernah menulis dan melukis
Di ujung dadanya
Di sela paha pahanya
Di rahim rahimnya

Jadi..
Jangan kau tanya!

Yakin kau mencintainya?

Maka dengan lantang kujawab
: TIDAK!!

Karena..
Aku tidak pernah menulis dan melukis




HATI



(A.S)
Purwodadi,
1 Juni 2010

Tuesday 28 September 2010

Adalah matanya yang berjeruji yang menahan aku tetap disana

Adalah matanya yang berjeruji yang menahan aku tetap disana

Di matanya
Ya! Matanya
Dunia tanpa kata
Hanya nyala
Bahkan saat tak purnama

Matanya
Sungguh matanya
Penjara jiwa

Siapa siapa
Yang bersapa..


Karangawen
Demak, 28 Mei 2010

Adakalanya di suatu malam aku mengores langit dan berharap bintang berguguran agar dapat kupunguti satu persatu lalu kubawa pulang dan kusandingkan di kedua bola matamu

Adakalanya di suatu malam aku mengores langit dan berharap bintang berguguran agar dapat kupunguti satu persatu lalu kubawa pulang dan kusandingkan di kedua bola matamu

Ya!
Keduaduanya..
Tepat di tengahnya

Ya!
Di dunia
Di mana
Cahaya

Tak bernyawa



Rembang, 30 Mei 2010

Sunday 26 September 2010

Menyulam waktu

Menyulam waktu


Ibu biasa menyulam waktu
Bertahun lalu
Ujung jalan berdebu berliku
Saksi kelu tiap laku
Berharap jadi kelambu

Antara rumah patok nisan
Takluk tertunduk dengan segan
Tiap jejak bercerita angan
Tertinggal ditetak langkah sandal kumal
Laju kakinya tersengal
Dihelanya keujung jalan
Berdebu
Berliku
Berharap jadi kelambu

Ibu
Bersetia dengan debu
Bermesra dengan liku
Di ujung jalan menunggu
Datang mu
Genggam rindu

Ibu telah menyulam waktu
Sekarang jadi kelambu
Untuk mu
Dunia mu

Tak akan layu!



Rembang,
20 Juni 2010

Menanam malam, berbunga mimpi

Menanam malam, berbunga mimpi



Menanam malam
Di matahari yang lambat terbenam
Kisah bulan mendadak buram
Cahayanya larut terpendam padam

Bukan harus menggarami awan
Agar kelana rasa sanggup tertelan

Ini senja bercerita jingga
Hadir dan ada ditengah iga



Untuk malam berbunga mimpi

Aku disini!



Purwodadi,
24 Juni 2010

Saturday 25 September 2010

Senyum

Senyum


Apa mula sore ini mengembara
Sayap sayap bibir sang dara
Menangkup dada saat bergerak manja
Siapa sanggup bilang tak jelita

Duduk takluk mata terpana
Hati kikuk jiwa terpenjara
Nyali apa bilang tak juwita


: Nyaris gila!

. . . . .

tia



Purwodadi,
25 Juni 2010

Ingin ku begitu tuan

Ingin ku begitu tuan

: Fai

Ingin ku begitu tuan
Menaklukkan sayap sayap elang
Tak lagi terbang
Mungkin bersawah dan berladang
Jadi petani dalam hati
Layaknya tuan sang mata rajawali

Tuan tahu
Kisah waktu kadang menipu
Tak tetap hanya lalu dan berlalu
Selain satu langkahnya tak ragu
: selalu maju

Kapan nanti datang
Bertutur tentang
Senja jelita
Jingga juwita
Bernama
: Septiana


Purwodadi,
26 Juni 2010

Friday 24 September 2010

Pelangi

Pelangi


Langit ini hitam
Tercelup mendung awan
Cahaya tertawan diam
: Dan hujan

Sereda hujan hadir pelangi
Kenapa tak kali ini?


Masih kau simpan disana?

Pelangi dan cahaya


Di sela rambut aduhai mu betapa


Tia


Purwodadi,
02 Juli 2010

Bercak waktu memutar rindu

Bercak waktu memutar rindu


Ialah bercak waktu
Lama pernah semat di ujung dada ku
Sewarna emas
Kadang jadi cemas
Kala malam pergi berkemas
Dan pagi datang bergegas

Ialah bercak waktu
Kini memutar rindu
Di ujung dada ku
Yang kini membiru

Rasanya
Aduhai betapa

: Linu!



Kudus,
03 Juli 2010

Air mata

Air mata


Bahkan telah menyusun tulang
Dalam rangkai kuntum kembang

Bahkan karena siang gersang
Tumbuh di tubuh telanjang

Bahkan juga mengajak keusang ranjang
Merangsang gelinjang antara telentang kutang

Bahkan pun menjajah pelepah resah desah yang pasrah

Ah..
Kemana air mata?
Aku ingin bicara!

Purwodadi,
06 Juli 2010

Thursday 23 September 2010

Desah

Desah

Dari kamar pada dinding anyaman bambu
Kau dengar orgasme merajuk merayu
Buahi sunyi hujan

Dari kayu pada ranjang
Kau dengar jerit derit gelinjang
Basahi malam

''Ah..''
Desah
: para kelamin batu


Purwodadi,
13 Juli 2010

Rani

Rani

Mungil tubuh Rani
Gadis si rambut poni
Duduk di tepi
Memilin hari
Menjalin mimpi
Mungkin dari pagi

Sendiri

Tiba tiba api
Semak belukar hati
Terbakar
Terbakar
Membesar

Suatu hari nanti!

Rani


Purwodadi,
17 Juli 2010

Wednesday 15 September 2010

Negeri Penyanyi

Negeri Penyanyi


Entah kenapa negeri ini
Materi merajai
Bukan memberi
Berbagi

Negeri ini ngeri
Pemimpin banci
Asik basabasi

Nyali,
Harga diri
Kemana pergi?

Tinggal tunggu mati!

Nyanyi
Cukup, Krisdayanti!

Purwodadi,
5 September 2010

Thursday 2 September 2010

Menyeduh rindu


Menyeduh rindu


Siapa menyeduh rindu
Di tungku dari batu
Berbahan bakar kayu
Kemarin
Diambil dari hutan mungkin

Seduhan air mata rindu
Bertanya bertahta pada pilu
Siapa perah dari ulu

Apa salah belajar dari batu
Keras ikat berharap lapuknya waktu

Tuhan mengerti
Dimana mengail mimpi
Dari nyeri yang berkelahi

Ini rindu
: Kini candu



Rembang,
21 Juni 2010

Ibu

Ibu

Nak ambilkan air mata
Tadi jatuh dikaki meja
Ya. Didekat jendela

Nak bawa kemari
Hangat dan matangkan lagi
Ya. Terseduh ribuan matahari

Nak telah didih
Kapan tertagih

Purwodadi,
17 Juli 2010

Datang

Datang

Benarkah hari ini kau akan datang, kekasih?

Atau mungkin kau sengaja membuat aku menunggu di rindu yang semakin mewabah dan menjadikan udara dalam radius tiga puluh satu tombak di sekitar ku tiba tiba lembab berembun yang bilamana dalam radius itu ada kuncup bunga maka akan segera bermekaran dan bilamana ada bebunga yang layu akan seketika gugur dan menjadi kuncup baru yang aduhai berseri

Atau mungkin kau juga ternyata justru menunggu di rindu mu yang semakin bagai kompas tak terarah dan menjadikan kau resah, gundah, gelisah dan akhirnya pasrah melangkah menemu dunia yang patah dan pecah

Kekasih..
Rinduku tak layu!

"Selamat datang"


Kudus,
9 Agustus 2010

Tak ada kata berhenti di sini

Tak ada kata berhenti di sini

Engkau tangis yang mengiris angin

Dalam malam malam berselimut dingin

Di aroma aroma beribu ragu

Di candu kupu kupu pemburu madu

Pada kembang yang selalu mekar

Dia tahu kumbang tak pernah ingkar

Pada matahari yang menyerupa hari terik

Dia serbuksari yang mencinta hati sang putik

Karena tak ada kata berhenti

Disini: tak mati!

Purwodadi,
13 Agustus 2010

Matahari dan Bulan

Matahari dan Bulan

Sebagai Matahari
: Aku selalu membuahi fajar pagi

Sebagai Matahari
: Aku seluas pandang ketika siang gersang

Sebagai Matahari
: Aku jingga juwita ketika senja merona

Sebagai Matahari
: Aku waktu saat kau bertemu ragu

Sebagai Matahari
: Aku energi cinta yang tak mendusta


Karena sesunguhnya Matahari mencintai Bulan





: Simpanlah cahayaku!




Purwodadi, 28 Juli 2010

Kangen

Kangen

Kotaku terasa asing
Di malam yang sebenarnya bising
Karena hujan? Atau angin tak lagi berdesing
Dari kangen yang telah mendarah daging
Di rahim air mata lahirkan bening
Bagai pohon cinta berdaun tak kuning


Jangan, kering!


Ning



Rembang,
15 Agustus 2010

Embun

Embun

Senyum embun memupuk pucuk daun
Ilalang gelisah di fajar yang melamun
Mentari tak tampak batang hidung
Padahal burung nuri telah berdendang

Dan mendung mengepal ke utara
Bagai deret tentara menuju medan laga
Bersenjata apa saja
Bertameng cuma kulit dada
Yang telah beratus musim duka
Tak bersandang kecuali usangnya, gersangnya, kutang

Seperti cerita masa kecil
Di ninabobokan ibu dan si kancil
Dan setelahnya aku selalu lelap dan tidur
Mencoba mimpi mimpi, ku kail
Ku dapat hanya gigil dan krikil yang cuil

Senyum embun tak pernah hilang
Walau hujan tak terbendung


Karena..
Aku pulang!


Purwodadi - Rembang,
14 Agustus 2010

Bukan

Bukan

Bukan terhadap malam aku cemburu
Ruang dan waktu juga tak
Bukan terhadap awan dan bintang beribu
Langit dan gugus tata surya aku tak

Bukan ketika dimana kelam
Mengelar altar geletar ribuan kumbang hitam
Yang memangsa ketiak melati
Padahal telah lama ranumnya pucat dan pasi

Bukan terhadap jiwa
Menenun rerimbun bunga bunga
Kau tanam dalam benjana mata

Bukan ketika titik didih
Menemu perih, pedih, letih, pun sedih

Tetapi
Ini

Serpihan
rindu menahun
Sanggup kau minum! Bukan?


Purwodadi, 28 Juli 2010