Ketika engkau bersamaku
: Ning, selamat ulang tahun
Ternyata bahagia itu adalah ketika engkau bersamaku
Memelukmu, seperti menemukan dunia baru
Dengan bunga bunga yang tak layu
Memandangmu, seperti menemu bagian yang tak terpisahkan dariku
Engkau dan aku, satu
Di matamu
Aku menemukan cinta yang senantiasa apa adanya
Di senyumu
Aku menemukan diri yang tak lagi takut sendiri
Berbincang denganmu
Seperti berbincang dengan sahabat yang telah lama tak berjumpa
Rindu dan kangen setia hadir
Seperti hembusan dan tarikan nafas
Ketika engkau bersamaku
Membuat aku mengerti kasih sayang Tuhanku
. . . . .
A. Sasmita
Purwodadi,
20 September 2011
Thursday, 20 October 2011
Monday, 10 October 2011
Warna
Sunday, 9 October 2011
Kemana
Saturday, 8 October 2011
Arti
Friday, 7 October 2011
Disini

Rembulan atau lampu itukah yang bercahaya
Sementara angin setia menari
Mengirisi kulit tubuh kian ke pagi
Tik tak jam aku sangka mimpi
Tak taunya ia hanya rindu yang sendiri
Aku masih memelukmu disini
Disini
Benar benar disini
Hati
Mungkin kepulan asap yang akan mengungkap
Ia hanya lewat
Atau terbaca lengkap
Di belakang
Di belakang
Di belakang
Punggung kian jalang
Seperti layar
Seperti layar
Seperti layar
A. Sasmita
Pati,
01 September 2011
Thursday, 6 October 2011
Burung Nasar
Burung Nasar
Akulah si burung Nasar
Yang kembali ke sarang
Membawa cerita malam
Dari perjalanan panjang
Sungguh aku ingin bercerita
Tentang kisah resah para pendosa
Tentang desah basah para pemangsa
Tentang bagaimana aku dan dia
Juga mereka saling bercinta
Memagut liar liur di mulut yang bau kentut
Merapal mantera sambil membusungkan dada
Karena kamilah penguasa
Juga kadang kami saling sikut
Berebut segala macam untuk isi perut
Shtt!
"Jangan ribut!"
Ini rahasia kita
A. Sasmita
Purwodadi,
13 Agustus 2011
Tuesday, 4 October 2011
Asing
Saturday, 30 July 2011
Sigaran nyawa (dua)
Sigaran nyawa (dua)
Akhirnya kita berjodoh
Seharum waktu meramu kisah
Di ranum senyum bebunga hati
Semua tak lagi diam
Juga tak lagi padam
Di gula gila lelaku batu
Yang melangkah genggam harapan
Yang ukiri janji arah awal tujuan
Yang susuri jalan jalan garis tangan
Denganmu, Ning
Hanya denganmu
Tanpa ragu berperahu
Arungi debar getar laut kehidupan
Kita telah naikan layar
Karena aku telah pinang Tuhan
Melingkar manis di jari tangan
A. Sasmita
Purwodadi,
20 April 2011
Akhirnya kita berjodoh
Seharum waktu meramu kisah
Di ranum senyum bebunga hati
Semua tak lagi diam
Juga tak lagi padam
Di gula gila lelaku batu
Yang melangkah genggam harapan
Yang ukiri janji arah awal tujuan
Yang susuri jalan jalan garis tangan
Denganmu, Ning
Hanya denganmu
Tanpa ragu berperahu
Arungi debar getar laut kehidupan
Kita telah naikan layar
Karena aku telah pinang Tuhan
Melingkar manis di jari tangan
A. Sasmita
Purwodadi,
20 April 2011
Tuesday, 26 July 2011
Pecandu
Pecandu
Tiba tiba langit ungu
Dan malam seperti jalan yang berliku
Di nadiku bulan putih telah bersemayam
Lahirkan bentuk lain kehidupan
Yang mungkin bagi kalian adalah kapal yang karam
Siapa yang tau, aku menghisap harapan
Tentang segala yang telah mengendap
Tentang segala yang tak pernah genap
Gelap, sesak dan pengap
Kata siapa aku terperangkap?
Kata siapa aku terperangkap!
Cukup biarkan aku mengerang
Cukup biarkan aku meregang
Mati sendiri
Tak terkenang
Siapa yang tau, aku menghisap harapan
A. Sasmita
Purwodadi,
20 Juli 2011
Tiba tiba langit ungu
Dan malam seperti jalan yang berliku
Di nadiku bulan putih telah bersemayam
Lahirkan bentuk lain kehidupan
Yang mungkin bagi kalian adalah kapal yang karam
Siapa yang tau, aku menghisap harapan
Tentang segala yang telah mengendap
Tentang segala yang tak pernah genap
Gelap, sesak dan pengap
Kata siapa aku terperangkap?
Kata siapa aku terperangkap!
Cukup biarkan aku mengerang
Cukup biarkan aku meregang
Mati sendiri
Tak terkenang
Siapa yang tau, aku menghisap harapan
A. Sasmita
Purwodadi,
20 Juli 2011
Thursday, 26 May 2011
Jauh
Jauh
Kotaku yang hujan, kekasih
Mendadak menumbuhkan bermacam rupa ingatan
Tentang kerinduan yang mirip jalan jalan panjang
Tentang jarak kota kota yang harus terlipat segera
Tentang tik tak jarum jam yang lembab bercerita kisah kisah seram
O' kekasih, aku tak ingin segala ini menyengsara
Juga tak ingin merubah manisnya rasa gula
Juga tak ingin kegilaan yang sembab menikam tanpa sebab
Karena rinduku sesempurna purnama
Pun seumpama segara
Kotaku yang hujan, kekasih
Mendadak entah bagaimana mula kata kata bisu sendirian
Pun entah mula dari apa merupa angin angin malam
Yang setia mengangon segala desir dingin keinginan
Pada gengaman tangan yang tak ingin terlepaskan
Pada tatap pandang mata yang semakin dalam
Yang bercerita rintik rintih hujan perjalanan
O' kekasihku
Wahai pengenggam segala macam rindu rinduku
Aku pulang sekarang
Ingin aku jumpa perjamuan
Di hangat dekap erat pelukan
A. Sasmita
Purwodadi,
21 Mei 2011
Kotaku yang hujan, kekasih
Mendadak menumbuhkan bermacam rupa ingatan
Tentang kerinduan yang mirip jalan jalan panjang
Tentang jarak kota kota yang harus terlipat segera
Tentang tik tak jarum jam yang lembab bercerita kisah kisah seram
O' kekasih, aku tak ingin segala ini menyengsara
Juga tak ingin merubah manisnya rasa gula
Juga tak ingin kegilaan yang sembab menikam tanpa sebab
Karena rinduku sesempurna purnama
Pun seumpama segara
Kotaku yang hujan, kekasih
Mendadak entah bagaimana mula kata kata bisu sendirian
Pun entah mula dari apa merupa angin angin malam
Yang setia mengangon segala desir dingin keinginan
Pada gengaman tangan yang tak ingin terlepaskan
Pada tatap pandang mata yang semakin dalam
Yang bercerita rintik rintih hujan perjalanan
O' kekasihku
Wahai pengenggam segala macam rindu rinduku
Aku pulang sekarang
Ingin aku jumpa perjamuan
Di hangat dekap erat pelukan
A. Sasmita
Purwodadi,
21 Mei 2011
Wednesday, 25 May 2011
Lari
Lari
Nafas yang sepi
Uruti jalan nadi
Mencoba sendiri
Ubah arah matahari
Sedang peluh kian lepuh
Tubuh tak kuasa menahan keluh
Keruh seluruh
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011
Nafas yang sepi
Uruti jalan nadi
Mencoba sendiri
Ubah arah matahari
Sedang peluh kian lepuh
Tubuh tak kuasa menahan keluh
Keruh seluruh
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011
Tuesday, 24 May 2011
Geram
Geram
Macam malam
Ia bergaram
Rembulan masam
Wajah sebalik awan
Bersemayam hujan
Tuhan
Aku demam
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011
Macam malam
Ia bergaram
Rembulan masam
Wajah sebalik awan
Bersemayam hujan
Tuhan
Aku demam
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011
Kusut
Kusut
Mengabut pantang surut
Berikut untaian rambut
Sepadang rumput
Panjang pendek
Pendek panjang
Panjang panjang
Pendek pendek
Hanya sebatas kata
Mari kita runut
Per satu satu
Agar kita tau
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011
Mengabut pantang surut
Berikut untaian rambut
Sepadang rumput
Panjang pendek
Pendek panjang
Panjang panjang
Pendek pendek
Hanya sebatas kata
Mari kita runut
Per satu satu
Agar kita tau
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011
Monday, 23 May 2011
Tanya
Tanya
Serupa lampu, nyala seadanya
Kerlip kerlap jauh pandang mata
Menyamudera sangka terka
Apa ya, kira kira?
Jika semua
Makin tak terkata
Makin tipu daya
Bahasa bukan hanya
Gelengan kepala
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011
Serupa lampu, nyala seadanya
Kerlip kerlap jauh pandang mata
Menyamudera sangka terka
Apa ya, kira kira?
Jika semua
Makin tak terkata
Makin tipu daya
Bahasa bukan hanya
Gelengan kepala
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Mei 2011
Sunday, 22 May 2011
Marah
Marah
Merumah pada darah
Merah membakar wajah
Desir patah patah
Retak menjamah
Ruh pada tubuh
Pecah seluruh
Tanpa bentuk
Berteriak
Berteriak
Teriak!
A. Sasmita
Purwodadi,
04 Mei 2011
Merumah pada darah
Merah membakar wajah
Desir patah patah
Retak menjamah
Ruh pada tubuh
Pecah seluruh
Tanpa bentuk
Berteriak
Berteriak
Teriak!
A. Sasmita
Purwodadi,
04 Mei 2011
Saturday, 21 May 2011
Pada malam
Pada malam
Pada malam
Genderang alam dentam berdentam
Menaburi ribu biru gendam
Di nyanyi tik tak jarum jam
Nyaliku terkunci karam
Terajam diam
Oh, pada malam
Aku daki tebing tebing suram
Berduri dan kerikil tajam
Kalam kenapa kelam?
A. Sasmita
Pati,
26 April 2011
Pada malam
Genderang alam dentam berdentam
Menaburi ribu biru gendam
Di nyanyi tik tak jarum jam
Nyaliku terkunci karam
Terajam diam
Oh, pada malam
Aku daki tebing tebing suram
Berduri dan kerikil tajam
Kalam kenapa kelam?
A. Sasmita
Pati,
26 April 2011
Friday, 20 May 2011
Setelah subuh
Setelah subuh
Setelah subuh
Aku masih diam luruh
Memerah apa yang aku nama tempuh
Pada sepasang mata yang senantiasa terasa teduh
Juga setia mengaliri darah dari jantung ke seluruh tubuh
Memang menyerupa ruh
Sungguh
Tiba pun saat aku mengayuh
Kearah mana embun membasuh
Juga sisa kisah malam yang kian jauh dari lusuh
Rusuh dan keruh
Aku mengekor cahaya
Menitinya perlahan dengan kata
Untuk sebuah nama
Aku rasa kalian tau siapa?
A. Sasmita
Purwodadi,
22 April 2011
Setelah subuh
Aku masih diam luruh
Memerah apa yang aku nama tempuh
Pada sepasang mata yang senantiasa terasa teduh
Juga setia mengaliri darah dari jantung ke seluruh tubuh
Memang menyerupa ruh
Sungguh
Tiba pun saat aku mengayuh
Kearah mana embun membasuh
Juga sisa kisah malam yang kian jauh dari lusuh
Rusuh dan keruh
Aku mengekor cahaya
Menitinya perlahan dengan kata
Untuk sebuah nama
Aku rasa kalian tau siapa?
A. Sasmita
Purwodadi,
22 April 2011
Thursday, 19 May 2011
Di menjelang subuh
Di menjelang subuh
Di menjelang subuh
Mendadak aku butuh betapa jarak itu harus tertempuh
Karena betapa aku rindu kau
Juga karena tak kuasa kau rindu aku
Bahkan telah menyamudera peluh
Bahkan juga nyaris rubuh
Karena tak kuasa melepuh
Di menjelang subuh
Rinduku menyerupa ruh
A. Sasmita
Purwodadi,
22 April 2011
Di menjelang subuh
Mendadak aku butuh betapa jarak itu harus tertempuh
Karena betapa aku rindu kau
Juga karena tak kuasa kau rindu aku
Bahkan telah menyamudera peluh
Bahkan juga nyaris rubuh
Karena tak kuasa melepuh
Di menjelang subuh
Rinduku menyerupa ruh
A. Sasmita
Purwodadi,
22 April 2011
Wednesday, 18 May 2011
Jujur, janji, bohong, doa, dan pinta
Jujur, janji, bohong, doa, dan pinta
Jujur
Memberangus bebusa air liur
Janji
Ini menguji hati
Bohong
Meninabobokan bolong
Doa
Siapa pun berhak berbicara
Pinta
Sentantiasa merasa tiada
A. Sasmita
Rembang,
07 November 2010
Jujur
Memberangus bebusa air liur
Janji
Ini menguji hati
Bohong
Meninabobokan bolong
Doa
Siapa pun berhak berbicara
Pinta
Sentantiasa merasa tiada
A. Sasmita
Rembang,
07 November 2010
Tuesday, 17 May 2011
Kopi bagiku puisi
Kopi bagiku puisi
Hitam mengendam
Pahit menjerit
Kopi
Puisi
Ah ilusi
Sangat sakti
A. Sasmita
Rembang,
19 November 2010
Hitam mengendam
Pahit menjerit
Kopi
Puisi
Ah ilusi
Sangat sakti
A. Sasmita
Rembang,
19 November 2010
Monday, 16 May 2011
Di pematang
Di pematang
Susur susut petang
Kaki jalan yang telanjang
Sisa siang masih terpanggang
Melayang rupa terangan
Kekasih, aku mencuri Tuhan
Sepanjang pematang
Tanah ini kerontang
Berbaris doa di tiap malam
Angkasakan lantang
Semoga hujan
Semoga hujan
Agar kami dapat makan
Di pematang
Lamun itu datang
Tentang mata kami nyalang
Memandang kehidupan
A. Sasmita
Pati,
16 April 2011
Susur susut petang
Kaki jalan yang telanjang
Sisa siang masih terpanggang
Melayang rupa terangan
Kekasih, aku mencuri Tuhan
Sepanjang pematang
Tanah ini kerontang
Berbaris doa di tiap malam
Angkasakan lantang
Semoga hujan
Semoga hujan
Agar kami dapat makan
Di pematang
Lamun itu datang
Tentang mata kami nyalang
Memandang kehidupan
A. Sasmita
Pati,
16 April 2011
Sunday, 15 May 2011
Friday, 8 April 2011
Gandrung
Gandrung
Seketika seperti memendam gunung
Sesak menyeruak di jantung
Juga harum bunga kecubung
Menelikung tak urung
Pada balung
Dingin terpasung
Oh' detak detak yang terpasak
Limbung apa meriwayat
Rasa yang mengurat
Berserakan menjerat
Tercekat
Ning, aku pelipat jarak
Yang di cipta pekat
Pada mendung kotaku
Pada reranum bunga sepatu
Yang merimba rimbun aromamu
Oh' kian mengikat jiwa
Kian memikat sukma
Mengila
Mengila
Mengila
Tanpa daya
Bahkan pun tiada
A. Sasmita
Purwodadi,
06 April 2011
Seketika seperti memendam gunung
Sesak menyeruak di jantung
Juga harum bunga kecubung
Menelikung tak urung
Pada balung
Dingin terpasung
Oh' detak detak yang terpasak
Limbung apa meriwayat
Rasa yang mengurat
Berserakan menjerat
Tercekat
Ning, aku pelipat jarak
Yang di cipta pekat
Pada mendung kotaku
Pada reranum bunga sepatu
Yang merimba rimbun aromamu
Oh' kian mengikat jiwa
Kian memikat sukma
Mengila
Mengila
Mengila
Tanpa daya
Bahkan pun tiada
A. Sasmita
Purwodadi,
06 April 2011
Thursday, 7 April 2011
Sepasang mata
Sepasang mata
Sayang, malam menidurkan kita
Berdua dalam jambangan asmara
Tempat bebunga tumbuh dan mekar
Mengakar tanpa tawar
Ialah cinta
Sayang, cinta itu bergula
Bergila rintihan bara
Membakar apa saja
Juga nafas yang panas
Mereka memerah
Membara didih di rasa
Raga kita bagai samudera
Yang mencintai bahtera
Sayang, bahtera itu kita
Bersama menyatu di sukma
Mencoba menemu resah lelah dunia
Saling munujah munajat doa doa
Setia
Sayang, kita sepasang doa
Yang mengangkasa
Pada sepasang mata
Yang tak perlu air mata
A. Sasmita
Purwodadi,
04 April 2011
Sayang, malam menidurkan kita
Berdua dalam jambangan asmara
Tempat bebunga tumbuh dan mekar
Mengakar tanpa tawar
Ialah cinta
Sayang, cinta itu bergula
Bergila rintihan bara
Membakar apa saja
Juga nafas yang panas
Mereka memerah
Membara didih di rasa
Raga kita bagai samudera
Yang mencintai bahtera
Sayang, bahtera itu kita
Bersama menyatu di sukma
Mencoba menemu resah lelah dunia
Saling munujah munajat doa doa
Setia
Sayang, kita sepasang doa
Yang mengangkasa
Pada sepasang mata
Yang tak perlu air mata
A. Sasmita
Purwodadi,
04 April 2011
Wednesday, 6 April 2011
Di angin
Di angin
Dingin
Gerus tulang
Karena malam
Menikam letih
Tertanam tajam
Lebam lebam
Kulit
Kerut melilit
Karena malam
Sebentar terbenam
Teruntai rintih
Perih
Di angin itu
Menyelimut
Denyut akut
Maut
Jangan takut
A. Sasmita
Purwodadi,
29 Maret 2011
Dingin
Gerus tulang
Karena malam
Menikam letih
Tertanam tajam
Lebam lebam
Kulit
Kerut melilit
Karena malam
Sebentar terbenam
Teruntai rintih
Perih
Di angin itu
Menyelimut
Denyut akut
Maut
Jangan takut
A. Sasmita
Purwodadi,
29 Maret 2011
Tuesday, 5 April 2011
Sendiri
Sendiri
Digenapi sepi
Demam gendam sunyi
Karam tanpa tepi
Merupa api
Wajah wajah matahari
Bersyair sepanjang nadi
Tentang elegi
Di hati
Hati
Hati ini
Hati ini
Hati
Hati
Hati ini
Hati ini
Hati
Hati
Hati ini
Hati ini
Hati
Hati
Hati ini
Hati ini
Hati ini
Berbunyi
: kau!
A. Sasmita
Purwodadi,
26 Maret 2011
Digenapi sepi
Demam gendam sunyi
Karam tanpa tepi
Merupa api
Wajah wajah matahari
Bersyair sepanjang nadi
Tentang elegi
Di hati
Hati
Hati ini
Hati ini
Hati
Hati
Hati ini
Hati ini
Hati
Hati
Hati ini
Hati ini
Hati
Hati
Hati ini
Hati ini
Hati ini
Berbunyi
: kau!
A. Sasmita
Purwodadi,
26 Maret 2011
Monday, 4 April 2011
Tanah leluhur
Tanah leluhur
Tanah leluhur kita
Masihkah merah
Sewarna darah
Atau telah rebah
Nyaris punah
Dahulu
Setelah akad
Semua mengikat tekad
Tak perlu huruhara
Apalagi duka cita
Tanah
Kita jejaki bersama
Air
Kita renangi bersama
Udara
Kita hirupi bersama
Sama rata sama rasa
Aku, kau dan mereka
Senyatanya sama
Insan yang merdeka
Sekarang
Air mata
Tipu daya
Angkara
Loba
Kuasa
Bertahta tanpa iba
Indonesia, kau hendak kemana?
A. Sasmita
Purwodadi,
17 Maret 2011
Tanah leluhur kita
Masihkah merah
Sewarna darah
Atau telah rebah
Nyaris punah
Dahulu
Setelah akad
Semua mengikat tekad
Tak perlu huruhara
Apalagi duka cita
Tanah
Kita jejaki bersama
Air
Kita renangi bersama
Udara
Kita hirupi bersama
Sama rata sama rasa
Aku, kau dan mereka
Senyatanya sama
Insan yang merdeka
Sekarang
Air mata
Tipu daya
Angkara
Loba
Kuasa
Bertahta tanpa iba
Indonesia, kau hendak kemana?
A. Sasmita
Purwodadi,
17 Maret 2011
Saturday, 19 March 2011
Daun pisang
Daun pisang
Membungkus sayang
Wajah siapa terbayang
Siang menjelang petang
Angin menyelendang
Mengikat rambutmu mayang
Senja
Daun Pisang tersemu jingga
Ada gelepar dalam dada
Akulah durjana
Tak pandai berkata
Aku tak mau dusta
Aku urai rasa
Berbicara kita
Semestinya mungkin tak terkata
A. Sasmita
Purwodadi,
14 Maret 2011
Membungkus sayang
Wajah siapa terbayang
Siang menjelang petang
Angin menyelendang
Mengikat rambutmu mayang
Senja
Daun Pisang tersemu jingga
Ada gelepar dalam dada
Akulah durjana
Tak pandai berkata
Aku tak mau dusta
Aku urai rasa
Berbicara kita
Semestinya mungkin tak terkata
A. Sasmita
Purwodadi,
14 Maret 2011
Friday, 18 March 2011
Rembulan
Rembulan
Rembulan parang
Tubuh terselendang
Diombangambing buram
Ambang malam
Terbenam
Rembulan sabit
Jerit terjahit
Dingin didenyut
Detik berikut
Maut
Tiba kita
Uruti laut
Layari kerut
Nyekut
Rembulan belah
Apa yang telah
Ah..
A. Sasmita
Purwodadi,
23 Februari 2011
Rembulan parang
Tubuh terselendang
Diombangambing buram
Ambang malam
Terbenam
Rembulan sabit
Jerit terjahit
Dingin didenyut
Detik berikut
Maut
Tiba kita
Uruti laut
Layari kerut
Nyekut
Rembulan belah
Apa yang telah
Ah..
A. Sasmita
Purwodadi,
23 Februari 2011
Thursday, 17 March 2011
Janur kuning
Janur kuning
: Sekar Ningrum
Janur kuning
Terlanjur kering
Terhempas musim
Kemarau mataku
Kau membatu
Rintih berpeluh
Di tubuh
Aku rubuh
Simpuh tak lagi aku rengkuh
Doa ini kian angkuh
Risau berbau
Abu berdebu
Asap mengusap
Khilap kau ucap
Aku huni pelataran akhir
Malam yang menyihir
Mengintip desir
Di akhir syair
Kemari, kekasih
Mengalir
Mengalir
Mengalir
A. Sasmita
Purwodadi,
19 Februari 2011
: Sekar Ningrum
Janur kuning
Terlanjur kering
Terhempas musim
Kemarau mataku
Kau membatu
Rintih berpeluh
Di tubuh
Aku rubuh
Simpuh tak lagi aku rengkuh
Doa ini kian angkuh
Risau berbau
Abu berdebu
Asap mengusap
Khilap kau ucap
Aku huni pelataran akhir
Malam yang menyihir
Mengintip desir
Di akhir syair
Kemari, kekasih
Mengalir
Mengalir
Mengalir
A. Sasmita
Purwodadi,
19 Februari 2011
Wednesday, 16 March 2011
Ada Tuhan di balik batu
Ada Tuhan di balik batu
Batu itu seperti kabar
Isi sesak dada terbakar
Bertebaran
Berterbangan
Dirupa ribuan tawon
Birahi siap menyengat
Wajah para penghianat
Di sisa yang tersirat
Ketika ayat ayat
Menulis sayap sayap malaikat
Setauku
Ada Tuhan di balik batu
A. Sasmita
Purwodadi,
05 Februari 2011
Batu itu seperti kabar
Isi sesak dada terbakar
Bertebaran
Berterbangan
Dirupa ribuan tawon
Birahi siap menyengat
Wajah para penghianat
Di sisa yang tersirat
Ketika ayat ayat
Menulis sayap sayap malaikat
Setauku
Ada Tuhan di balik batu
A. Sasmita
Purwodadi,
05 Februari 2011
Tuesday, 15 March 2011
Musim
Musim
Apa yang terlihat di tubuh
Mendadak semua lumpuh
Subuh di altar para kelelawar
Aku tak berkelakar
Tentang fajar
Mengarsiri diam matamu
Apa sanggup aku tafsir?
Pernah terlihat darah nanah
Seperti musim tiba tiba berganti arah
Kemarau
Membakar sampai igau
Hujan
Merejam semua jelma dendam
Semi
Mengirisi sunyi sendiri
Dingin
Apa itu engkau ingin?
Darah
Nanah
Tertelan sudah
A. Sasmita
Purwodadi,
05 Februari 2011
Apa yang terlihat di tubuh
Mendadak semua lumpuh
Subuh di altar para kelelawar
Aku tak berkelakar
Tentang fajar
Mengarsiri diam matamu
Apa sanggup aku tafsir?
Pernah terlihat darah nanah
Seperti musim tiba tiba berganti arah
Kemarau
Membakar sampai igau
Hujan
Merejam semua jelma dendam
Semi
Mengirisi sunyi sendiri
Dingin
Apa itu engkau ingin?
Darah
Nanah
Tertelan sudah
A. Sasmita
Purwodadi,
05 Februari 2011
Monday, 14 March 2011
Rumah sakit
Rumah sakit
: Di apotik
Langkah terseret gegas
Secarik kertas
Coretan tentang nafas
Bacakanlah padaku
Mungkin ini tentang waktu
Benar Tuan, ini waktu
Berapa Tuan berani bayar
Beberapa puluh ribu
Maaf Tuan, semua tinggal masa lalu
"Asu!"
A. Sasmita
Rembang,
30 Januari 2011
: Di apotik
Langkah terseret gegas
Secarik kertas
Coretan tentang nafas
Bacakanlah padaku
Mungkin ini tentang waktu
Benar Tuan, ini waktu
Berapa Tuan berani bayar
Beberapa puluh ribu
Maaf Tuan, semua tinggal masa lalu
"Asu!"
A. Sasmita
Rembang,
30 Januari 2011
Sunday, 13 March 2011
Rumah sakit (tiga)
Rumah sakit
: Di lorong
Malam ini dingin
Angin pun gigil
Lorong ini memangil
Tidurlah. Tidur!
Apa yang aku pikir
Adalah desir doa syair
Air air hujan basah di talang
Mengirisi tengkuk
Dari bangsal ia terbatuk
"Bolehkah aku masuk?"
"Silahkan engkau masuk!"
Suara yang anggur
Memabukan
"Stt! Engkau punya uang?"
Tibatiba aku ngeliyeng
A. Sasmita
Rembang,
30 Januari 2011
: Di lorong
Malam ini dingin
Angin pun gigil
Lorong ini memangil
Tidurlah. Tidur!
Apa yang aku pikir
Adalah desir doa syair
Air air hujan basah di talang
Mengirisi tengkuk
Dari bangsal ia terbatuk
"Bolehkah aku masuk?"
"Silahkan engkau masuk!"
Suara yang anggur
Memabukan
"Stt! Engkau punya uang?"
Tibatiba aku ngeliyeng
A. Sasmita
Rembang,
30 Januari 2011
Saturday, 12 March 2011
Rumah sakit (dua)
Rumah sakit
: Di bangsal
Tubuh ini lempung
Duka luka tertampung
Murung di tempurung
Mendung aku kandung
Ia cantik, senyum simpatik
Dia gagah, senyum sumringah
Aku sangka malaikat
Ah, ternyata cuma makelar obat
"Bagaimana, Tuan mau yang mana?"
Sakit kian menggigit
Pahit
A. Sasmita
Rembang,
30 Januari 2011
: Di bangsal
Tubuh ini lempung
Duka luka tertampung
Murung di tempurung
Mendung aku kandung
Ia cantik, senyum simpatik
Dia gagah, senyum sumringah
Aku sangka malaikat
Ah, ternyata cuma makelar obat
"Bagaimana, Tuan mau yang mana?"
Sakit kian menggigit
Pahit
A. Sasmita
Rembang,
30 Januari 2011
Friday, 11 March 2011
Rumah sakit (satu)
Rumah sakit
: Di ruang tunggu
Aku bisu
Lidah menuang kelu
Hati mendadak bergelugu
Di mata lahir mendung paling kelabu
Bagaimana nyawa diganti tanya
"Uang anda berapa?"
Tentang sakit parah
"Tuan, tak punya uang? Lebih baik pasrah!"
Ah..
A. Sasmita
Rembang,
30 Januari 2011
: Di ruang tunggu
Aku bisu
Lidah menuang kelu
Hati mendadak bergelugu
Di mata lahir mendung paling kelabu
Bagaimana nyawa diganti tanya
"Uang anda berapa?"
Tentang sakit parah
"Tuan, tak punya uang? Lebih baik pasrah!"
Ah..
A. Sasmita
Rembang,
30 Januari 2011
Friday, 4 February 2011
Thursday, 3 February 2011
Rasa
Rasa
Rasa itu
Gulagula simfoni
Nyanyian merdu
Koloni bidadari
Tiap mimpi mimpi
Rasa itu
Bagai bertapa
Memanja dupa
Merapal doa doa
Bermantera
Di harapan
Laut
Di tatapan
Tak surut
Rasa itu
Gulagula simfoni
Dalam hati
Ning
A. Sasmita
Purwodadi,
21 januari 2011
Rasa itu
Gulagula simfoni
Nyanyian merdu
Koloni bidadari
Tiap mimpi mimpi
Rasa itu
Bagai bertapa
Memanja dupa
Merapal doa doa
Bermantera
Di harapan
Laut
Di tatapan
Tak surut
Rasa itu
Gulagula simfoni
Dalam hati
Ning
A. Sasmita
Purwodadi,
21 januari 2011
Wednesday, 2 February 2011
Angel
Angel
: Sahabatku sang pencinta
Katakan apa Angel itu bersayap
Membakarmu tanpa asap
Terbangkan jarakmu yang ia
Angkasa tempat dewadewi bercinta
Cinta terdidik karena rasa
Rasa hati gelora di sanubari
Mencipta puisi sunyi
Kepada malam
Mengadu doa doa
Tak perlu menghamba tiada
Semua hanya dapat kita terka
Seperti membaca cakrawla
Tak terbatas nyata
Aku, kau dan siapa
Karena cinta
Kita adanya
A. Sasmita
Purwodadi,
20 Januari 2011
: Sahabatku sang pencinta
Katakan apa Angel itu bersayap
Membakarmu tanpa asap
Terbangkan jarakmu yang ia
Angkasa tempat dewadewi bercinta
Cinta terdidik karena rasa
Rasa hati gelora di sanubari
Mencipta puisi sunyi
Kepada malam
Mengadu doa doa
Tak perlu menghamba tiada
Semua hanya dapat kita terka
Seperti membaca cakrawla
Tak terbatas nyata
Aku, kau dan siapa
Karena cinta
Kita adanya
A. Sasmita
Purwodadi,
20 Januari 2011
Tuesday, 1 February 2011
Adil
Adil
Apa hanya yang punya bedil
Apa hanya yang bertangan bathil
Adil senantiasa membuat kita kerdil
Ayo berpikir!
A. Sasmita
Purwodadi,
19 Januari 2010
Apa hanya yang punya bedil
Apa hanya yang bertangan bathil
Adil senantiasa membuat kita kerdil
Ayo berpikir!
A. Sasmita
Purwodadi,
19 Januari 2010
Monday, 31 January 2011
Sunday, 30 January 2011
Keranda
Keranda
Mengiring jasad tanpa nama
Ke pusara
Di liang tanah
Gundukan duka basah
Air mata
Air mata
Lembab berdoa
Cinta taburan bunga
Siapa Dia
Siapa kita
Harnya berdua
Berbicara
Tentang dosa
A. Sasmita
Rembang,
16 Januari 2010
Mengiring jasad tanpa nama
Ke pusara
Di liang tanah
Gundukan duka basah
Air mata
Air mata
Lembab berdoa
Cinta taburan bunga
Siapa Dia
Siapa kita
Harnya berdua
Berbicara
Tentang dosa
A. Sasmita
Rembang,
16 Januari 2010
Saturday, 29 January 2011
Kaca
Kaca
Di kaca
Apa yang terbaca
Di sana
Ia berbicara
Berlomba loba
Berlobi ria
Beraja angkara
Air mata jelata
Berbola bola
Menelaga
Cinta
Telah tiada
Cinta
Telah tiada
Cinta
Telah tiada
Digundik harta
Tahta dan wanita
Ah, betapa kita
Ternyata purba
A. Sasmita
Rembang,
16 Januari 2011
Di kaca
Apa yang terbaca
Di sana
Ia berbicara
Berlomba loba
Berlobi ria
Beraja angkara
Air mata jelata
Berbola bola
Menelaga
Cinta
Telah tiada
Cinta
Telah tiada
Cinta
Telah tiada
Digundik harta
Tahta dan wanita
Ah, betapa kita
Ternyata purba
A. Sasmita
Rembang,
16 Januari 2011
Friday, 28 January 2011
Kopi dan sepi
Kopi dan sepi
Kopi hitam
Asapi malam
Aroma gendam
Agar tak demam
Sepi ini
Tanpa api
Dingin sunyi
Sendiri di tepi
Kopi dan sepi
Ialah kekasih hati
A. Sasmita
Rembang,
15 Januari 2011
Kopi hitam
Asapi malam
Aroma gendam
Agar tak demam
Sepi ini
Tanpa api
Dingin sunyi
Sendiri di tepi
Kopi dan sepi
Ialah kekasih hati
A. Sasmita
Rembang,
15 Januari 2011
Thursday, 27 January 2011
Bila tak ada
Bila tak ada
Masihkah kau mengenang
Aku menipui waktu
Dari masa berbuluhperindu
Aku tergendam dunia
Nikmati fana zaman
Aku yang tengelam
Hitammya malam
Akulah senja
Si pembawa berita
A. Sasmita
Purwodadi,
14 Januari 2011
Mengomentari "Bila senja tak ada" Bapak Nugroho Suksamanto
Masihkah kau mengenang
Aku menipui waktu
Dari masa berbuluhperindu
Aku tergendam dunia
Nikmati fana zaman
Aku yang tengelam
Hitammya malam
Akulah senja
Si pembawa berita
A. Sasmita
Purwodadi,
14 Januari 2011
Mengomentari "Bila senja tak ada" Bapak Nugroho Suksamanto
Wednesday, 26 January 2011
Sigaran nyawa dan Sigaraning nyowo
Sigaran nyawa
Katanya kita berjodoh
Menyatu di bebunga waktu
Lantas menetas mengerus batu
Kadang air, air mata menandai tiap peta
Juga jarak, jejak tanggal serak sesak di sajak
Pun hati, jiwa ini nyanyi nyata nyala di puisi
Siapa menggulai gila malamku
Kaukah, menggarami kalam karam kelamku
Hingga tak kurasa legam, lebam dan terbenam
Inikah batas yang selalu terang
Tanpa semut semut mendung awan
. . . ., ingin kususuri
Jalan jalan garis tangan
Denganmu
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Desember 2010
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
Hari ini kawan baik saya http://www.facebook.com/blacky.cop02, saya minta menerjemahkan karya saya (A. Sasmita) dengan judul "Sigaran nyawa" ini ke dalam bahasa jawa yang hasilnya dapat dilihat di bawah ini:
Sigaraning nyowo
Jarening dewe jejedhohan
Angripto nyawiji ing sekaring laku
Lajeng hanetes anggerus selo
Anangin tirto, tirtonning netro hamaringi gagambaran
Ugo lelaku, lakuning urip kang keri ono ing labuhing roso
Bebarengan nyawiji ing jeroning ati
Sopo kang bronto ing tengahing wengi
Opo sliramu, kang mbalung janur pring
Husodo mring kang nandang wuyung
Opo iki wates sumurnaring suryo
Tanpo mego mego lan mendung
Pengin tak golei antaraning ati
lakuning garis garis tangan
Wuyung kang agawe bingung
---------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------
Katanya kita berjodoh
Menyatu di bebunga waktu
Lantas menetas mengerus batu
Kadang air, air mata menandai tiap peta
Juga jarak, jejak tanggal serak sesak di sajak
Pun hati, jiwa ini nyanyi nyata nyala di puisi
Siapa menggulai gila malamku
Kaukah, menggarami kalam karam kelamku
Hingga tak kurasa legam, lebam dan terbenam
Inikah batas yang selalu terang
Tanpa semut semut mendung awan
. . . ., ingin kususuri
Jalan jalan garis tangan
Denganmu
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Desember 2010
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
Hari ini kawan baik saya http://www.facebook.com/blacky.cop02, saya minta menerjemahkan karya saya (A. Sasmita) dengan judul "Sigaran nyawa" ini ke dalam bahasa jawa yang hasilnya dapat dilihat di bawah ini:
Sigaraning nyowo
Jarening dewe jejedhohan
Angripto nyawiji ing sekaring laku
Lajeng hanetes anggerus selo
Anangin tirto, tirtonning netro hamaringi gagambaran
Ugo lelaku, lakuning urip kang keri ono ing labuhing roso
Bebarengan nyawiji ing jeroning ati
Sopo kang bronto ing tengahing wengi
Opo sliramu, kang mbalung janur pring
Husodo mring kang nandang wuyung
Opo iki wates sumurnaring suryo
Tanpo mego mego lan mendung
Pengin tak golei antaraning ati
lakuning garis garis tangan
Wuyung kang agawe bingung
---------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------
Saturday, 22 January 2011
Berperahu
Berperahu
Dan itulah maksudku, kekasih
Aku ingin pulang ke senja matamu
Di rona doa jingga cakrawala
Berkejaran dengan burung burung
Aku yang mendayung tanpa kompas
Berperahu tanpa layar
Dan begitulah, kekasih
Aku menantang gelombang
Semacam badai
Semacam hujan
Inilah malam
Ini lautan
Berjarak tak terjangka
Berjejak tak terkira
Aku coba menerka
Engkaulah bintang utara
Dan akulah, kekasih
Pendayung rindu rindu
Berperahu di samuderamu
Tanpa tepi
Sendiri
A. Sasmita
Purwodadi,
11 Januari 2011
Dan itulah maksudku, kekasih
Aku ingin pulang ke senja matamu
Di rona doa jingga cakrawala
Berkejaran dengan burung burung
Aku yang mendayung tanpa kompas
Berperahu tanpa layar
Dan begitulah, kekasih
Aku menantang gelombang
Semacam badai
Semacam hujan
Inilah malam
Ini lautan
Berjarak tak terjangka
Berjejak tak terkira
Aku coba menerka
Engkaulah bintang utara
Dan akulah, kekasih
Pendayung rindu rindu
Berperahu di samuderamu
Tanpa tepi
Sendiri
A. Sasmita
Purwodadi,
11 Januari 2011
Friday, 21 January 2011
Waktu
Waktu
: DM
Adalah waktu berbunga di hati
Itukah cinta sang Dewi
Terjaga begitu sempurna
Menanti datang kata
Pada kisah yang sangat panjang
Tetapkah setia memangku malam
Di basah doa doa
Di lelah air mata
Lahirkan rintih yang kian resah
Ketika sayap sayap itu
Terkepak kepak ke udara
Tetapi tak pernah terbang
Pun tak juga patah
Pasrah pun pecah
A. Sasmita
Rembang,
10 Januari 2011
: DM
Adalah waktu berbunga di hati
Itukah cinta sang Dewi
Terjaga begitu sempurna
Menanti datang kata
Pada kisah yang sangat panjang
Tetapkah setia memangku malam
Di basah doa doa
Di lelah air mata
Lahirkan rintih yang kian resah
Ketika sayap sayap itu
Terkepak kepak ke udara
Tetapi tak pernah terbang
Pun tak juga patah
Pasrah pun pecah
A. Sasmita
Rembang,
10 Januari 2011
Thursday, 20 January 2011
Aku sebut malam
Aku sebut malam
Inilah yang aku sebut malam
Tanpa engkau
Tanpa ia
Hanya aku
Lalu kenapa kalau pagi?
A. Sasmita
Rembang,
09 Januari 2010
Inilah yang aku sebut malam
Tanpa engkau
Tanpa ia
Hanya aku
Lalu kenapa kalau pagi?
A. Sasmita
Rembang,
09 Januari 2010
Wednesday, 19 January 2011
Sungsang
Sungsang
Apakah mudah bagiku untuk merasa sesuatu yang tak pernah tersentuh secara nyata. Itukah yang aku alami bagai berjudi dengan nasib dan berperahu mengarungi lautan tanpa tepi. Ketika aku berlari ke engkau, jalan terasa semakin panjang. Lalu ketika aku mencoba merunuti kembali jejak jalan pulang, dari sebalik arah ada tangan tangan yang melambai dan senyum yang aduhai mengucap, "Selamat datang". Aih, dunia senantiasa selalu saja tak dapat aku baca, kemana angin membawa doa dari pikiranku yang ternyata sungsang.
(Malam ini ada yang meradang dalam pikiranku yang sungsang)
A. Sasmita
Purwodadi,
07 Januari 2011
Apakah mudah bagiku untuk merasa sesuatu yang tak pernah tersentuh secara nyata. Itukah yang aku alami bagai berjudi dengan nasib dan berperahu mengarungi lautan tanpa tepi. Ketika aku berlari ke engkau, jalan terasa semakin panjang. Lalu ketika aku mencoba merunuti kembali jejak jalan pulang, dari sebalik arah ada tangan tangan yang melambai dan senyum yang aduhai mengucap, "Selamat datang". Aih, dunia senantiasa selalu saja tak dapat aku baca, kemana angin membawa doa dari pikiranku yang ternyata sungsang.
(Malam ini ada yang meradang dalam pikiranku yang sungsang)
A. Sasmita
Purwodadi,
07 Januari 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)