Bohong
Meninabobokan bolong
Di bokong
A. Sasmita
Purwodadi,
18 Januari 2011
Monday, 31 January 2011
Sunday, 30 January 2011
Keranda
Keranda
Mengiring jasad tanpa nama
Ke pusara
Di liang tanah
Gundukan duka basah
Air mata
Air mata
Lembab berdoa
Cinta taburan bunga
Siapa Dia
Siapa kita
Harnya berdua
Berbicara
Tentang dosa
A. Sasmita
Rembang,
16 Januari 2010
Mengiring jasad tanpa nama
Ke pusara
Di liang tanah
Gundukan duka basah
Air mata
Air mata
Lembab berdoa
Cinta taburan bunga
Siapa Dia
Siapa kita
Harnya berdua
Berbicara
Tentang dosa
A. Sasmita
Rembang,
16 Januari 2010
Saturday, 29 January 2011
Kaca
Kaca
Di kaca
Apa yang terbaca
Di sana
Ia berbicara
Berlomba loba
Berlobi ria
Beraja angkara
Air mata jelata
Berbola bola
Menelaga
Cinta
Telah tiada
Cinta
Telah tiada
Cinta
Telah tiada
Digundik harta
Tahta dan wanita
Ah, betapa kita
Ternyata purba
A. Sasmita
Rembang,
16 Januari 2011
Di kaca
Apa yang terbaca
Di sana
Ia berbicara
Berlomba loba
Berlobi ria
Beraja angkara
Air mata jelata
Berbola bola
Menelaga
Cinta
Telah tiada
Cinta
Telah tiada
Cinta
Telah tiada
Digundik harta
Tahta dan wanita
Ah, betapa kita
Ternyata purba
A. Sasmita
Rembang,
16 Januari 2011
Friday, 28 January 2011
Kopi dan sepi
Kopi dan sepi
Kopi hitam
Asapi malam
Aroma gendam
Agar tak demam
Sepi ini
Tanpa api
Dingin sunyi
Sendiri di tepi
Kopi dan sepi
Ialah kekasih hati
A. Sasmita
Rembang,
15 Januari 2011
Kopi hitam
Asapi malam
Aroma gendam
Agar tak demam
Sepi ini
Tanpa api
Dingin sunyi
Sendiri di tepi
Kopi dan sepi
Ialah kekasih hati
A. Sasmita
Rembang,
15 Januari 2011
Thursday, 27 January 2011
Bila tak ada
Bila tak ada
Masihkah kau mengenang
Aku menipui waktu
Dari masa berbuluhperindu
Aku tergendam dunia
Nikmati fana zaman
Aku yang tengelam
Hitammya malam
Akulah senja
Si pembawa berita
A. Sasmita
Purwodadi,
14 Januari 2011
Mengomentari "Bila senja tak ada" Bapak Nugroho Suksamanto
Masihkah kau mengenang
Aku menipui waktu
Dari masa berbuluhperindu
Aku tergendam dunia
Nikmati fana zaman
Aku yang tengelam
Hitammya malam
Akulah senja
Si pembawa berita
A. Sasmita
Purwodadi,
14 Januari 2011
Mengomentari "Bila senja tak ada" Bapak Nugroho Suksamanto
Wednesday, 26 January 2011
Sigaran nyawa dan Sigaraning nyowo
Sigaran nyawa
Katanya kita berjodoh
Menyatu di bebunga waktu
Lantas menetas mengerus batu
Kadang air, air mata menandai tiap peta
Juga jarak, jejak tanggal serak sesak di sajak
Pun hati, jiwa ini nyanyi nyata nyala di puisi
Siapa menggulai gila malamku
Kaukah, menggarami kalam karam kelamku
Hingga tak kurasa legam, lebam dan terbenam
Inikah batas yang selalu terang
Tanpa semut semut mendung awan
. . . ., ingin kususuri
Jalan jalan garis tangan
Denganmu
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Desember 2010
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
Hari ini kawan baik saya http://www.facebook.com/blacky.cop02, saya minta menerjemahkan karya saya (A. Sasmita) dengan judul "Sigaran nyawa" ini ke dalam bahasa jawa yang hasilnya dapat dilihat di bawah ini:
Sigaraning nyowo
Jarening dewe jejedhohan
Angripto nyawiji ing sekaring laku
Lajeng hanetes anggerus selo
Anangin tirto, tirtonning netro hamaringi gagambaran
Ugo lelaku, lakuning urip kang keri ono ing labuhing roso
Bebarengan nyawiji ing jeroning ati
Sopo kang bronto ing tengahing wengi
Opo sliramu, kang mbalung janur pring
Husodo mring kang nandang wuyung
Opo iki wates sumurnaring suryo
Tanpo mego mego lan mendung
Pengin tak golei antaraning ati
lakuning garis garis tangan
Wuyung kang agawe bingung
---------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------
Katanya kita berjodoh
Menyatu di bebunga waktu
Lantas menetas mengerus batu
Kadang air, air mata menandai tiap peta
Juga jarak, jejak tanggal serak sesak di sajak
Pun hati, jiwa ini nyanyi nyata nyala di puisi
Siapa menggulai gila malamku
Kaukah, menggarami kalam karam kelamku
Hingga tak kurasa legam, lebam dan terbenam
Inikah batas yang selalu terang
Tanpa semut semut mendung awan
. . . ., ingin kususuri
Jalan jalan garis tangan
Denganmu
A. Sasmita
Purwodadi,
12 Desember 2010
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
Hari ini kawan baik saya http://www.facebook.com/blacky.cop02, saya minta menerjemahkan karya saya (A. Sasmita) dengan judul "Sigaran nyawa" ini ke dalam bahasa jawa yang hasilnya dapat dilihat di bawah ini:
Sigaraning nyowo
Jarening dewe jejedhohan
Angripto nyawiji ing sekaring laku
Lajeng hanetes anggerus selo
Anangin tirto, tirtonning netro hamaringi gagambaran
Ugo lelaku, lakuning urip kang keri ono ing labuhing roso
Bebarengan nyawiji ing jeroning ati
Sopo kang bronto ing tengahing wengi
Opo sliramu, kang mbalung janur pring
Husodo mring kang nandang wuyung
Opo iki wates sumurnaring suryo
Tanpo mego mego lan mendung
Pengin tak golei antaraning ati
lakuning garis garis tangan
Wuyung kang agawe bingung
---------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------
Saturday, 22 January 2011
Berperahu
Berperahu
Dan itulah maksudku, kekasih
Aku ingin pulang ke senja matamu
Di rona doa jingga cakrawala
Berkejaran dengan burung burung
Aku yang mendayung tanpa kompas
Berperahu tanpa layar
Dan begitulah, kekasih
Aku menantang gelombang
Semacam badai
Semacam hujan
Inilah malam
Ini lautan
Berjarak tak terjangka
Berjejak tak terkira
Aku coba menerka
Engkaulah bintang utara
Dan akulah, kekasih
Pendayung rindu rindu
Berperahu di samuderamu
Tanpa tepi
Sendiri
A. Sasmita
Purwodadi,
11 Januari 2011
Dan itulah maksudku, kekasih
Aku ingin pulang ke senja matamu
Di rona doa jingga cakrawala
Berkejaran dengan burung burung
Aku yang mendayung tanpa kompas
Berperahu tanpa layar
Dan begitulah, kekasih
Aku menantang gelombang
Semacam badai
Semacam hujan
Inilah malam
Ini lautan
Berjarak tak terjangka
Berjejak tak terkira
Aku coba menerka
Engkaulah bintang utara
Dan akulah, kekasih
Pendayung rindu rindu
Berperahu di samuderamu
Tanpa tepi
Sendiri
A. Sasmita
Purwodadi,
11 Januari 2011
Friday, 21 January 2011
Waktu
Waktu
: DM
Adalah waktu berbunga di hati
Itukah cinta sang Dewi
Terjaga begitu sempurna
Menanti datang kata
Pada kisah yang sangat panjang
Tetapkah setia memangku malam
Di basah doa doa
Di lelah air mata
Lahirkan rintih yang kian resah
Ketika sayap sayap itu
Terkepak kepak ke udara
Tetapi tak pernah terbang
Pun tak juga patah
Pasrah pun pecah
A. Sasmita
Rembang,
10 Januari 2011
: DM
Adalah waktu berbunga di hati
Itukah cinta sang Dewi
Terjaga begitu sempurna
Menanti datang kata
Pada kisah yang sangat panjang
Tetapkah setia memangku malam
Di basah doa doa
Di lelah air mata
Lahirkan rintih yang kian resah
Ketika sayap sayap itu
Terkepak kepak ke udara
Tetapi tak pernah terbang
Pun tak juga patah
Pasrah pun pecah
A. Sasmita
Rembang,
10 Januari 2011
Thursday, 20 January 2011
Aku sebut malam
Aku sebut malam
Inilah yang aku sebut malam
Tanpa engkau
Tanpa ia
Hanya aku
Lalu kenapa kalau pagi?
A. Sasmita
Rembang,
09 Januari 2010
Inilah yang aku sebut malam
Tanpa engkau
Tanpa ia
Hanya aku
Lalu kenapa kalau pagi?
A. Sasmita
Rembang,
09 Januari 2010
Wednesday, 19 January 2011
Sungsang
Sungsang
Apakah mudah bagiku untuk merasa sesuatu yang tak pernah tersentuh secara nyata. Itukah yang aku alami bagai berjudi dengan nasib dan berperahu mengarungi lautan tanpa tepi. Ketika aku berlari ke engkau, jalan terasa semakin panjang. Lalu ketika aku mencoba merunuti kembali jejak jalan pulang, dari sebalik arah ada tangan tangan yang melambai dan senyum yang aduhai mengucap, "Selamat datang". Aih, dunia senantiasa selalu saja tak dapat aku baca, kemana angin membawa doa dari pikiranku yang ternyata sungsang.
(Malam ini ada yang meradang dalam pikiranku yang sungsang)
A. Sasmita
Purwodadi,
07 Januari 2011
Apakah mudah bagiku untuk merasa sesuatu yang tak pernah tersentuh secara nyata. Itukah yang aku alami bagai berjudi dengan nasib dan berperahu mengarungi lautan tanpa tepi. Ketika aku berlari ke engkau, jalan terasa semakin panjang. Lalu ketika aku mencoba merunuti kembali jejak jalan pulang, dari sebalik arah ada tangan tangan yang melambai dan senyum yang aduhai mengucap, "Selamat datang". Aih, dunia senantiasa selalu saja tak dapat aku baca, kemana angin membawa doa dari pikiranku yang ternyata sungsang.
(Malam ini ada yang meradang dalam pikiranku yang sungsang)
A. Sasmita
Purwodadi,
07 Januari 2011
Tuesday, 18 January 2011
Nak, ibu cemas
Nak, ibu cemas
: Naylacaliza Zinedine Prabowo (4 tahun)
Duhai anakku Naylacaliza Zinedine Prabowo
Ketika engkau lahir
Aku adalah ibu yang paling beruntung
Menerima anugrah Sang Agung
Sakit yang merinai hanya sedetikdua
Tangismu obat segala sesak di dada
Duhai anakku Naylacaliza Zinedine Prabowo
Aku memelukmu sayang
Kulitmu selembut sutra
Aku bahagia
Cinta kita sempurna
Duhai anakku Naylacaliza Zinedine Prabowo
Kau bungaku
Bunga paling bunga
Tak ada selainnya
Duhai anakku Naylacaliza Zinedine Prabowo
Senyummu pengahapus resah dunia
Dunia yang fana
Dunia yang tak terpeta
Sayang, cintaku tak berbatas kata
Duhai anakku Naylacaliza Zinedine Prabowo
Setelah empat tahun usiamu
Ada sesuatu yang di engkau
Yang namanya tak kutau
Entah jenis kefanaan macam apa ini
Menguatkan cinta kita
Naylacaliza Zinedine Prabowo
Nak, ibu cemas
Mata ini serupa limas
Hati ini merupa kertas
Rasa ini seperti terhempas
Naylacaliza Zinedine Prabowo
Ibu menyaksikan ketika engkau tidur
Nafasmu seperti tersengal
Hati ibu seperti dedaun yang tanggal
Air mata ini basah berdoa
Semoga engkau baik baik saja
. . . . .
Tuhanku yang Maha
Ketika nanti Nadineku berangkat kesana
Ke meja yang tak aku tau namanya
Dan siapa siapa yang berdoa untuknya
Jadikanlah mereka tangan tanganMu
Jadikanlah mereka malaikat malaikatMu
Penolong Nadineku
Cintaku
Mutiaraku
Buah hatiku
Naylacaliza Zinedine Prabowo
Tuhanku. Tuhan yang Maha
Sembuhkanlah Nadine kecilku
A. Sasmita
Purwodadi,
07 Januari 2010
------------------------------------------------------------------------------------------------
Para sahabat sahabatku yang indah, saya mohon kesediaan sahabat sahabat untuk melangitkan doa doa untuk anak yang indah 'Naylacaliza Zinedine Prabowo (4 tahun)' buah hati dari ibu yang indah pula, 'Noni Cantik''. Yang segera akan di operasi kerena sesuatu hal . Semoga apa apa yang menjadi harapan baik dari kita diridoi dan di kabulkan Tuhan yang Maha.
Terima kasih dan
Salam hangat sangat
Wahai sahabat..
A. Sasmita
: Naylacaliza Zinedine Prabowo (4 tahun)
Duhai anakku Naylacaliza Zinedine Prabowo
Ketika engkau lahir
Aku adalah ibu yang paling beruntung
Menerima anugrah Sang Agung
Sakit yang merinai hanya sedetikdua
Tangismu obat segala sesak di dada
Duhai anakku Naylacaliza Zinedine Prabowo
Aku memelukmu sayang
Kulitmu selembut sutra
Aku bahagia
Cinta kita sempurna
Duhai anakku Naylacaliza Zinedine Prabowo
Kau bungaku
Bunga paling bunga
Tak ada selainnya
Duhai anakku Naylacaliza Zinedine Prabowo
Senyummu pengahapus resah dunia
Dunia yang fana
Dunia yang tak terpeta
Sayang, cintaku tak berbatas kata
Duhai anakku Naylacaliza Zinedine Prabowo
Setelah empat tahun usiamu
Ada sesuatu yang di engkau
Yang namanya tak kutau
Entah jenis kefanaan macam apa ini
Menguatkan cinta kita
Naylacaliza Zinedine Prabowo
Nak, ibu cemas
Mata ini serupa limas
Hati ini merupa kertas
Rasa ini seperti terhempas
Naylacaliza Zinedine Prabowo
Ibu menyaksikan ketika engkau tidur
Nafasmu seperti tersengal
Hati ibu seperti dedaun yang tanggal
Air mata ini basah berdoa
Semoga engkau baik baik saja
. . . . .
Tuhanku yang Maha
Ketika nanti Nadineku berangkat kesana
Ke meja yang tak aku tau namanya
Dan siapa siapa yang berdoa untuknya
Jadikanlah mereka tangan tanganMu
Jadikanlah mereka malaikat malaikatMu
Penolong Nadineku
Cintaku
Mutiaraku
Buah hatiku
Naylacaliza Zinedine Prabowo
Tuhanku. Tuhan yang Maha
Sembuhkanlah Nadine kecilku
A. Sasmita
Purwodadi,
07 Januari 2010
------------------------------------------------------------------------------------------------
Para sahabat sahabatku yang indah, saya mohon kesediaan sahabat sahabat untuk melangitkan doa doa untuk anak yang indah 'Naylacaliza Zinedine Prabowo (4 tahun)' buah hati dari ibu yang indah pula, 'Noni Cantik''. Yang segera akan di operasi kerena sesuatu hal . Semoga apa apa yang menjadi harapan baik dari kita diridoi dan di kabulkan Tuhan yang Maha.
Terima kasih dan
Salam hangat sangat
Wahai sahabat..
A. Sasmita
Monday, 17 January 2011
Mari bersulang
Mari bersulang
: Gaibi J Prasetya
Angkat gelas tinggi tinggi
Dengarlah denting menetas
Di rintih sunyi kertas
"Ting" sendiri
"Tang" merapal mantera
"Teng" di dupa dan lonceng
. . . . .
Ningku berlari
Mengeja puisi palung hati
Susuri jejak palang sajak
Mengalir air liang syair
. . . . .
Angkat lagi kawan
Di awang awan awan
Selimuti malam
Semuti dunia gendam
Lebam yang temaram
. . . . .
Ada debu di hulu tubuhku
Membiru linu ulu
Rindu yang aku
Aih, abu abu
A. Sasmita
Purwodadi,
07 Januari 2011
: Gaibi J Prasetya
Angkat gelas tinggi tinggi
Dengarlah denting menetas
Di rintih sunyi kertas
"Ting" sendiri
"Tang" merapal mantera
"Teng" di dupa dan lonceng
. . . . .
Ningku berlari
Mengeja puisi palung hati
Susuri jejak palang sajak
Mengalir air liang syair
. . . . .
Angkat lagi kawan
Di awang awan awan
Selimuti malam
Semuti dunia gendam
Lebam yang temaram
. . . . .
Ada debu di hulu tubuhku
Membiru linu ulu
Rindu yang aku
Aih, abu abu
A. Sasmita
Purwodadi,
07 Januari 2011
Sunday, 16 January 2011
Di peta
Di peta
Kususuri jalan yang tercipta di peta
Entah itu hanya terka netra
Atau aku jelas membacanya
Apa kau menunggu di titik paling tak terkira
Sebuah arah mengutara di udara
Akukah angin itu yang setia meniupi doa doa
Pada sayap kupu kupu serupa hati
Melayang, mengangkasa membentuk jatidiri
Kau dan aku
Siapa kita?
A. Sasmita
Purwodadi,
06 Januari 2011
Kususuri jalan yang tercipta di peta
Entah itu hanya terka netra
Atau aku jelas membacanya
Apa kau menunggu di titik paling tak terkira
Sebuah arah mengutara di udara
Akukah angin itu yang setia meniupi doa doa
Pada sayap kupu kupu serupa hati
Melayang, mengangkasa membentuk jatidiri
Kau dan aku
Siapa kita?
A. Sasmita
Purwodadi,
06 Januari 2011
Saturday, 15 January 2011
Di Subuh
Di Subuh
: Nugroho Sukmanto
Di subuh kau bersimpuh
Sujud rubuh paling lumpuh
Pada tubuh penguntai peluh
Mengeluh meresah
Basah
Tuan, ada sungai di matamu
Serupa derai rinai hujan
Ketika kau berbicara dengan Tuhan
Kemana Tuhan menggaris garis tangan
Doa di doa
Matamu renung paling air mata
Mengangkasa
Mengangkasalah!
Amin bagimu
Amin bagiku
Amin bagi semua
A. Sasmita
06 Januari 2010
(Kepada "Doa di mataku" sajak Bapak Nugroho Sukmanto)
: Nugroho Sukmanto
Di subuh kau bersimpuh
Sujud rubuh paling lumpuh
Pada tubuh penguntai peluh
Mengeluh meresah
Basah
Tuan, ada sungai di matamu
Serupa derai rinai hujan
Ketika kau berbicara dengan Tuhan
Kemana Tuhan menggaris garis tangan
Doa di doa
Matamu renung paling air mata
Mengangkasa
Mengangkasalah!
Amin bagimu
Amin bagiku
Amin bagi semua
A. Sasmita
06 Januari 2010
(Kepada "Doa di mataku" sajak Bapak Nugroho Sukmanto)
Friday, 14 January 2011
Kau rindu?
Kau rindu?
: Wahyu Nugraha Persada
Kau rindu?
Sampaikanlah
Ia butuh tau
Jangan kau batu
Karena batu itu peragu
Karena ragu itu kelu
Kian lama tersimpan
Kian linu
Membiru
Melahirkan rindu yang angan
Di semilir angin angin malam
Basah dan lebam
A. Sasmita
06 Januari 2010
: Wahyu Nugraha Persada
Kau rindu?
Sampaikanlah
Ia butuh tau
Jangan kau batu
Karena batu itu peragu
Karena ragu itu kelu
Kian lama tersimpan
Kian linu
Membiru
Melahirkan rindu yang angan
Di semilir angin angin malam
Basah dan lebam
A. Sasmita
06 Januari 2010
Wednesday, 12 January 2011
Pasir
Pasir
Katamu aku pasir
Pengurai kata dan desir
Berdiri di baris baris angin
Mengiris puisi di untaian hati
Menanak sajak di jejak cinta
Hati siapa paling nyali
Cinta apa paling nyala
Hati siapa paling nyanyi
Cinta apa paling bara
Di sukma
Siapa berlari?
A. Sasmita
Purwodadi,
05 Januari 2011
Katamu aku pasir
Pengurai kata dan desir
Berdiri di baris baris angin
Mengiris puisi di untaian hati
Menanak sajak di jejak cinta
Hati siapa paling nyali
Cinta apa paling nyala
Hati siapa paling nyanyi
Cinta apa paling bara
Di sukma
Siapa berlari?
A. Sasmita
Purwodadi,
05 Januari 2011
Pamit
Pamit
Selamat tinggal
Aku harus kembali pulang
Dari arah awal aku datang
Kalau aku rindu
Itu hanya soal waktu
Bagaimana cinta
Itu tergantung kita mengeja
Lalu ketika sepi
Apa itu sebuah hati?
A. Sasmita
Rembang,
03 Desember 2010
Selamat tinggal
Aku harus kembali pulang
Dari arah awal aku datang
Kalau aku rindu
Itu hanya soal waktu
Bagaimana cinta
Itu tergantung kita mengeja
Lalu ketika sepi
Apa itu sebuah hati?
A. Sasmita
Rembang,
03 Desember 2010
Tuesday, 11 January 2011
Membaca detik
Membaca detik
Detik pertama
Sayang, kau menjelma sepasang mata
Menatap dan menancapi hatiku
Lalu cinta itu bergula
Mengisi cawan cawan malam
Dan kita rindu yang tersulut
Semakin hanyut, semakin melaut
Detik kedua
Sayang, kau kembang merekah bibirmu merah
Apa dayaku? Apa dayamu?
Selain saling pagut menurut uruti
Cinta gula yang semakin gila
Ah, malam ini sempurna
Kita yang mencinta
Detik ketiga
Sayang, kau telanjang rebah di ranjang
Merayu kata kata serupa gelinjang yang jalang
Aku menyerang, kau mengerang
Walau harum tubuhmu kucecapi per pori
Semua tak habis, tak kujumpa titik yang tepis
Sayang, setelah detik ketiga itu
Aku memeluk angin
Yang membatasi tubuhmu tubuhku
Lalu lahir angan
Di persetubuhan kita yang rubuh
Di simpul peluh
Sayang, tubuh kita sekarang ditato sejarah
Dari semua jenis resah yang basah
Tertikam benam segala lampau
Semua jenis masa lalu yang parau
A. Sasmita
Rembang,
01 - 02 Januari 2010
Detik pertama
Sayang, kau menjelma sepasang mata
Menatap dan menancapi hatiku
Lalu cinta itu bergula
Mengisi cawan cawan malam
Dan kita rindu yang tersulut
Semakin hanyut, semakin melaut
Detik kedua
Sayang, kau kembang merekah bibirmu merah
Apa dayaku? Apa dayamu?
Selain saling pagut menurut uruti
Cinta gula yang semakin gila
Ah, malam ini sempurna
Kita yang mencinta
Detik ketiga
Sayang, kau telanjang rebah di ranjang
Merayu kata kata serupa gelinjang yang jalang
Aku menyerang, kau mengerang
Walau harum tubuhmu kucecapi per pori
Semua tak habis, tak kujumpa titik yang tepis
Sayang, setelah detik ketiga itu
Aku memeluk angin
Yang membatasi tubuhmu tubuhku
Lalu lahir angan
Di persetubuhan kita yang rubuh
Di simpul peluh
Sayang, tubuh kita sekarang ditato sejarah
Dari semua jenis resah yang basah
Tertikam benam segala lampau
Semua jenis masa lalu yang parau
A. Sasmita
Rembang,
01 - 02 Januari 2010
Monday, 10 January 2011
Pada sebuah nama
Pada sebuah nama
: Muhamad Rantauan Alwiy
Adakah itu seorang biasa
Kau cinta begitu sempurna
Kadang pandang mata silap
Rekam pendam yang terlihat
Bukankah cinta itu berhala*
Bergula harum cendana*
Kau luka purba
Pelihara cinta air mata
Ah, Fatimah
Mengaliri darah
A. Sasmita
Rembang,
02 Januari 2011
*(Cinta itu berhala, bergula harum cendana) dua baris bait dari sajak 'Bicara Tanpa Kata' A. Sasmita 17 Oktober 2010
http://www.facebook.com/note.php?note_id=464586184392
: Muhamad Rantauan Alwiy
Adakah itu seorang biasa
Kau cinta begitu sempurna
Kadang pandang mata silap
Rekam pendam yang terlihat
Bukankah cinta itu berhala*
Bergula harum cendana*
Kau luka purba
Pelihara cinta air mata
Ah, Fatimah
Mengaliri darah
A. Sasmita
Rembang,
02 Januari 2011
*(Cinta itu berhala, bergula harum cendana) dua baris bait dari sajak 'Bicara Tanpa Kata' A. Sasmita 17 Oktober 2010
http://www.facebook.com/note.php?note_id=464586184392
Sunday, 9 January 2011
Penjual malam
Penjual malam
Entah berapa cinta telah kau padam
Sedang engkau lengkung gendam
Senyum remang gelap malam
Terpendam di sudut susut jalan
Ada dendam mengembang
Kisah anak zaman yang karam
. . . .
Sri, bunga lahir dari bulir padi
Mekar harum dan wangi
Menganyam hati menbuai mimpi
Hati lelaki
Mimpi membuat matahari
Pagi
Ketika hati berternak birahi
Ada cinta berona noda asmara
Bergelora dalam api jiwa
Bakar batas yang memang kertas
Tipis, miris lalu akhinya tangis
Luka apa yang senantiasa nafsu
Duka apa yang senantiasa lugu
Semakin kelabu
Semakin berdebu
Layu dan lelayu
Sri, lelakimu batu
Mencipta ruang waktu
Sri, lelakimu sayap
Terbang dan lenyap
. . . .
Entah berapa cinta telah kau padam
Engkau masih lengkung gendam
Mendendam pada zaman
Sri, jangan karam
Ada cinta yang semayam
Lahirkan!
Lahirkan!
Sayang..
A. Sasmita
Purwodadi,
30 desember 2010
Entah berapa cinta telah kau padam
Sedang engkau lengkung gendam
Senyum remang gelap malam
Terpendam di sudut susut jalan
Ada dendam mengembang
Kisah anak zaman yang karam
. . . .
Sri, bunga lahir dari bulir padi
Mekar harum dan wangi
Menganyam hati menbuai mimpi
Hati lelaki
Mimpi membuat matahari
Pagi
Ketika hati berternak birahi
Ada cinta berona noda asmara
Bergelora dalam api jiwa
Bakar batas yang memang kertas
Tipis, miris lalu akhinya tangis
Luka apa yang senantiasa nafsu
Duka apa yang senantiasa lugu
Semakin kelabu
Semakin berdebu
Layu dan lelayu
Sri, lelakimu batu
Mencipta ruang waktu
Sri, lelakimu sayap
Terbang dan lenyap
. . . .
Entah berapa cinta telah kau padam
Engkau masih lengkung gendam
Mendendam pada zaman
Sri, jangan karam
Ada cinta yang semayam
Lahirkan!
Lahirkan!
Sayang..
A. Sasmita
Purwodadi,
30 desember 2010
Saturday, 8 January 2011
Kisah
Kisah
Aku kayuh duka angin
Kembali pulang ke kotamu
Ada temaram sinar lampu
Jalan jalan itu menyambutku
Kerling matanya ceritakan kembali
Entah telah beberapa kali
Kemarau tak pernah ku sentuh
Bukankah aku sebenarnya rindu kau!
Rindu bolabola matamu yang liar
Camar, masihkah kau ingat terakhir kita berlayar?
Berlayar bagiku seperti memintal ikrar
Benang benang yang menyerabut akar
Mencoba mencari bentuk yang tak buat nanar
Mencoba membuat sesuatu yang laik layak bunga mawar
Jelas tanpa duri
Jelas tanpa tapi
Engkaulah mawar
Bunga elok rupawan
Seperti awan di langit
Musim yang cerah itu
Berarak kemana angin membawanya
Mata mata itu senantiasa takjub
memandang gemulaimu
Engkau menari di sana
Seperti mataku pun menangkup
Tiap riwayat tercipta
Genap dua musim bunga
Engkau tetap sempurna bertahta
Walau hujan dan kemarau
Engkau tetap setia
Menunggu datang musim semi
Karena saat itu bungamu merekah
Aku tak akan lelah
Menyebutmu camar
Menyebutmu mawar
Menyambutmu kekasih
Karena sebetulnya engkau kisah
Mengalir dalam darah
A. Sasmita
Purwodadi,
28 desember 2010
Aku kayuh duka angin
Kembali pulang ke kotamu
Ada temaram sinar lampu
Jalan jalan itu menyambutku
Kerling matanya ceritakan kembali
Entah telah beberapa kali
Kemarau tak pernah ku sentuh
Bukankah aku sebenarnya rindu kau!
Rindu bolabola matamu yang liar
Camar, masihkah kau ingat terakhir kita berlayar?
Berlayar bagiku seperti memintal ikrar
Benang benang yang menyerabut akar
Mencoba mencari bentuk yang tak buat nanar
Mencoba membuat sesuatu yang laik layak bunga mawar
Jelas tanpa duri
Jelas tanpa tapi
Engkaulah mawar
Bunga elok rupawan
Seperti awan di langit
Musim yang cerah itu
Berarak kemana angin membawanya
Mata mata itu senantiasa takjub
memandang gemulaimu
Engkau menari di sana
Seperti mataku pun menangkup
Tiap riwayat tercipta
Genap dua musim bunga
Engkau tetap sempurna bertahta
Walau hujan dan kemarau
Engkau tetap setia
Menunggu datang musim semi
Karena saat itu bungamu merekah
Aku tak akan lelah
Menyebutmu camar
Menyebutmu mawar
Menyambutmu kekasih
Karena sebetulnya engkau kisah
Mengalir dalam darah
A. Sasmita
Purwodadi,
28 desember 2010
Friday, 7 January 2011
Sajak angka
Sajak angka
Satu, Tuhanku
Dua, Tuhanku dan aku
Tiga, Tuhanku, aku dan kau
Empat, Tuhanku, aku, kau dan Tuhanmu
Lima, sudahlah! Masa aku tulis Pancasila?
A. Sasmita
Rembang,
26 Desember 2010
Satu, Tuhanku
Dua, Tuhanku dan aku
Tiga, Tuhanku, aku dan kau
Empat, Tuhanku, aku, kau dan Tuhanmu
Lima, sudahlah! Masa aku tulis Pancasila?
A. Sasmita
Rembang,
26 Desember 2010
Thursday, 6 January 2011
Kau
Kau
Kau si hitam penunggu cawan
Berdentam aroma rawan
Malam ini di terang bulan
Langit berdansa salsa dengan awan
Aku hirup asapasap sesat
Nadiku pucat tercekat
Riwayat apa yang lewat
Aku sekarat
Kau masih saja nikmat
Tanpa sebab membebat
Ayat kemana ayat?
A. Sasmita
Rembang,
24 Desember 2010
Kau si hitam penunggu cawan
Berdentam aroma rawan
Malam ini di terang bulan
Langit berdansa salsa dengan awan
Aku hirup asapasap sesat
Nadiku pucat tercekat
Riwayat apa yang lewat
Aku sekarat
Kau masih saja nikmat
Tanpa sebab membebat
Ayat kemana ayat?
A. Sasmita
Rembang,
24 Desember 2010
Wednesday, 5 January 2011
Laut
Laut
Menyeberangi lautan malam
Ia yang telanjang
Adakah itu untai mimpi
Jumpa datar daratan
Tak ada gemintang utara
Tak ada kelip nyala suar
Aku gemetar tak gentar terkapar
Akulah nahkoda tanpa kapal
Tanpa kompas tanpa layar
Tak berjangkar
Mungkinkah aku arungimu
Jika semua bagimu tak di aku
Aku terpikat pekat
Erat terikat
Lautmu yang maut
A. Sasmita
Purwodadi,
24 Desember 2010
Menyeberangi lautan malam
Ia yang telanjang
Adakah itu untai mimpi
Jumpa datar daratan
Tak ada gemintang utara
Tak ada kelip nyala suar
Aku gemetar tak gentar terkapar
Akulah nahkoda tanpa kapal
Tanpa kompas tanpa layar
Tak berjangkar
Mungkinkah aku arungimu
Jika semua bagimu tak di aku
Aku terpikat pekat
Erat terikat
Lautmu yang maut
A. Sasmita
Purwodadi,
24 Desember 2010
Tuesday, 4 January 2011
Petik putik kupetik
Petik putik kupetik
Apa tanda tanda itu
Macam nada nada
Senar senar gitar terpetik
Di jari jarimu lentik
Ada aura suara
Bergetar di dada
Dinding bermelodi
Inikah nyanyi sebuah hati
Tumbuh dan berbunga
Cantik, elok mempesona
Harum, ranum tersenyum
Dalam semakin dalam
Lalu ketika matahari siang membakar
Aku menjelma perdu dan belukar
Putikmu menjelma sayap
Aku serbuksari, ingin kau kudekap
Dan garis garis tangan itu
Menuju arah sebuah pintu
Bolehkah aku ketuk, aku buka
Kupetik kau cinta
A. Sasmita
Purwodadi,
24 Desember 2010
Apa tanda tanda itu
Macam nada nada
Senar senar gitar terpetik
Di jari jarimu lentik
Ada aura suara
Bergetar di dada
Dinding bermelodi
Inikah nyanyi sebuah hati
Tumbuh dan berbunga
Cantik, elok mempesona
Harum, ranum tersenyum
Dalam semakin dalam
Lalu ketika matahari siang membakar
Aku menjelma perdu dan belukar
Putikmu menjelma sayap
Aku serbuksari, ingin kau kudekap
Dan garis garis tangan itu
Menuju arah sebuah pintu
Bolehkah aku ketuk, aku buka
Kupetik kau cinta
A. Sasmita
Purwodadi,
24 Desember 2010
Monday, 3 January 2011
Hening
Hening
Tersenyumlah engkau Hening
Duka tak sertamerta menjadi akhir cerita
Penutup malam malam dengan mimpi meroda air mata
Hening, apa karena hari hari di bulan ini senantiasa berhujan
Lalu rinainya bertanya kemana arah akhir tujuan?
Dan berharap bukan hanya karena tangan tangan Tuhan
Hening, bukankah hujan itu tanda tanda kehidupan
Awal baru para pejalan
Serupa kau dan aku
He'ning, berjalanlah denganku
Susuri kisah kisahku yang dungu
A. Sasmita
Purwodadi,
23 Desember 2010
Sunday, 2 January 2011
Di menjelang magrib
Di menjelang magrib
Di menjelang magrib
Sayup sayap adzan
Mengepak di cakrawala
Senja berhujan untai doa
Di air yang sujud basah di pori
Kulitku
Kulitmu
Tak lagi api
A. Sasmita
Purwodadi,
22 Desember 2010
Di menjelang magrib
Sayup sayap adzan
Mengepak di cakrawala
Senja berhujan untai doa
Di air yang sujud basah di pori
Kulitku
Kulitmu
Tak lagi api
A. Sasmita
Purwodadi,
22 Desember 2010
Saturday, 1 January 2011
Bertanya: hilang, kujawab: hilang?
Bertanya: hilang, kujawab: hilang?
Hilang
Siapa
Di mana
Apa
Bagaimana
Hilang?
Dia?
Di sana?
Cinta?
O, bisa ya?
A. Sasmita
Purwodadi,
22 Desember 2010
Hilang
Siapa
Di mana
Apa
Bagaimana
Hilang?
Dia?
Di sana?
Cinta?
O, bisa ya?
A. Sasmita
Purwodadi,
22 Desember 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)