Kisah
Aku kayuh duka angin
Kembali pulang ke kotamu
Ada temaram sinar lampu
Jalan jalan itu menyambutku
Kerling matanya ceritakan kembali
Entah telah beberapa kali
Kemarau tak pernah ku sentuh
Bukankah aku sebenarnya rindu kau!
Rindu bolabola matamu yang liar
Camar, masihkah kau ingat terakhir kita berlayar?
Berlayar bagiku seperti memintal ikrar
Benang benang yang menyerabut akar
Mencoba mencari bentuk yang tak buat nanar
Mencoba membuat sesuatu yang laik layak bunga mawar
Jelas tanpa duri
Jelas tanpa tapi
Engkaulah mawar
Bunga elok rupawan
Seperti awan di langit
Musim yang cerah itu
Berarak kemana angin membawanya
Mata mata itu senantiasa takjub
memandang gemulaimu
Engkau menari di sana
Seperti mataku pun menangkup
Tiap riwayat tercipta
Genap dua musim bunga
Engkau tetap sempurna bertahta
Walau hujan dan kemarau
Engkau tetap setia
Menunggu datang musim semi
Karena saat itu bungamu merekah
Aku tak akan lelah
Menyebutmu camar
Menyebutmu mawar
Menyambutmu kekasih
Karena sebetulnya engkau kisah
Mengalir dalam darah
A. Sasmita
Purwodadi,
28 desember 2010
No comments:
Post a Comment